Advertisement

OPINI: Pasca Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Kebutuhan vs Keinginan

Dismas Persada Dewangga Pramudita, Dosen Departemen Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Kamis, 15 September 2022 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: Pasca Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Kebutuhan vs Keinginan Dismas Persada Dewangga Pramudita, Dosen Departemen Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Advertisement

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berjenis Pertalite, Solar, dan Pertamax pada 3 September 2022 yang lalu diprediksi oleh para ahli di bidang ekonomi akan menimbulkan dampak sistemik. Kenaikan harga bahan bakar minyak memang bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia. Namun demikian, ketika kita berfokus pada konteks bisnis, maka terdapat hal-hal yang dinamis serta dapat terkait antara satu sektor dengan sektor lainnya, di mana perlu untuk menjadi perhatian dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi, politik, serta bidang sosial.

Pemerintah memberlakukan kenaikan harga bagi bahan bakar minyak berjenis Pertalite, Solar, dan Pertamax karena adanya desakan untuk menahan pembengkakan anggaran subsidi.

Advertisement

Keputusan ini dipandang beberapa ahli ekonomi merupakan hal yang paling mungkin untuk dilakukan karena sulitnya menerapkan pembatasan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi. Pemerintah telah mengupayakan adanya pemantauan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi melalui aplikasi My Pertamina, namun penerapannya tentu tidak mudah sebab syarat-syarat atau kondisi yang diperlukan untuk menunjang kebijakan ini masih sulit untuk dipenuhi.

Integrasi dan keterkaitan antar platform serta data-data yang diperlukan adalah salah satu tantangan yang harus diatasi. Adanya rencana untuk menerapkan sebuah kebijakan, tentu memerlukan waktu untuk mengkaji, membuat simulasi dan menganalisis terlebih dahulu terkait seberapa besar dampak negatif yang mungkin terjadi.

Beberapa hari setelah kenaikan harga bahan bakar minyak yang disubsidi oleh pemerintah, harga sejumlah komoditi pangan ikut naik. Komoditi pangan yang ikut mengalami kenaikan harga beberapa hari lalu adalah cabai rawit merah, cabai hijau, bawang putih, dan bawang merah. Bukan hal yang tidak mungkin, harga komoditi pangan yang lain juga turut naik. Situasi semacam ini memang hal yang klasik dan sudah pernah terjadi sebelumnya. Kenaikan harga umumnya berasal dari biaya penanganan sebelum barang siap untuk dikonsumsi, salah satunya adalah biaya distribusi.

Cara untuk meningkatkan efisiensi distribusi pada sektor ini tentu tidak mudah. Kenaikan harga komoditi tersebut cepat atau lambat akan mempengaruhi aktivitas usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang aktivitas utamanya adalah berjualan makanan.

Beralih pada sisi bisnis transportasi online, adanya penyesuaian atau kenaikan tarif transportasi online. Persentase kenaikan tarifnya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan persentase kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal ini dapat dipandang sebagai sisi positif sebab kenaikan yang tidak terlalu besar, akan menjaga agar konsumen yang selama ini loyal sebagai pengguna, tidak akan beralih meninggalkan transportasi online. Adanya prediksi bahwa sebagian konsumen akan beralih menggunakan kendaraan pribadi berjenis sepeda motor, memang tetap berpotensi untuk terjadi dengan jumlah relatif tidak signifikan bagi keberlangsungan bisnis transportasi online.

Kebutuhan Vs Keinginan

Terdapat sebuah teori terkenal yang dapat menjelaskan tentang tingkatan kebutuhan manusia, yakni Teori Hierarki Kebutuhan yang pada tahun 1970 dicetuskan oleh Abraham Maslow. Teori ini sering kali dibahas pada perkuliahan Perilaku Organisasional, melalui sebuah buku berjudul Organizational Behavior karya Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. Menurut Maslow (1970), kebutuhan manusia tersusun atas lima hierarki, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.

Teori yang ada, umumnya merupakan penyederhanaan atau simplifikasi terhadap variasi keadaaan yang akan dinilai. Tentunya praktik di lapangan dapat menjadi berbeda karena adanya perubahan jaman serta perilaku di masyarakat.

Pasca-kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, masyarakat kemungkinan akan lebih fokus mengutamakan pemenuhan kebutuhan yang krusial, yakni kebutuhan primer. Terkait dengan keinginan, umumnya merupakan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat tersier atau lebih mengarah kepada pemenuhan penghargaan serta aktualiasi diri. Kebutuhan tersier dapat dipenuhi jika kebutuhan primer dan sekunder telah terpenuhi.

Teori sederhana ini telah kita pelajari ketika masih mengenyam pendidikan pada tingkatan sekolah dasar (SD). Hal-hal yang pada dua dekade lalu kita anggap sebagai sebuah kebutuhan sekunder, saat ini dapat bergeser menjadi kebutuhan primer karena adanya tuntutan jaman. Adanya perubahan perilaku di masyarakat terkait bagaimana antar warga saling terhubung, dapat mempengaruhi terbentuknya pergeseran ini.

Ketika konsumen membeli sebuah produk, kebutuhan dan keinginan adalah dua hal yang saat ini agak sulit atau bahkan tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh, kita memerlukan sepeda motor sebagai alat transportasi karena dianggap sebagai moda transportasi yang efisien.

Dengan dana di bawah Rp 20 juta rupiah, ada beberapa jenis merek dan model yang dapat dipilih, baik dalam kondisi baru maupun kondisi bekas. Cara berpikir yang paling umum diterapkan adalah, dengan dana yang ada, kita dihadapkan pada berbagai pilihan. Adanya sepeda motor yang dapat dipilih untuk dibeli, menandakan bahwa kebutuhan dapat terpenuhi.

Selanjutnya, ketika konsumen menilai, mencari informasi serta mencocokkan pada preferensi pribadi, karakteristik pribadi, aspek keinginan dapat mendominasi. Contoh tersebut menandakan bahwa pada era saat ini, perbedaan antara kebutuhan dan keinginan semakin menipis.

Sebagai warga yang terdampak akibat kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, tentu kita dituntut agar semakin cerdas menentukan hal apa yang krusial dan apa yang tidak sehingga kita dapat memilih dengan tepat ketika perlu membeli suatu barang. Di era digital saat ini, telah banyak informasi di internet yang dapat diakses terkait produk yang ditawarkan sebuah perusahaan.

Selain itu, ulasan-ulasan mengenai produk tertentu umumnya telah ada dan dapat diakses sehingga memudahkan kita sebagai pembeli potensial. Jadi dengan banyaknya informasi, kita dituntut agar lebih jeli dan lebih mandiri dalam menentukan pilihan-pilihan terkait pembelian produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lulusan Pertanahan Disebut AHY Harus Tahu Perkembangan Teknologi

Sleman
| Kamis, 25 April 2024, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Dipanggil Teman oleh Bocah Berusia 2 Tahun, Beyonce Kirim Bunga Cantik Ini

Hiburan
| Kamis, 25 April 2024, 19:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement