Advertisement

OPINI: Membangun Financial Well-Being si Generasi Sandwich

Elizabeth Fiesta Clara Shinta Budiyono, Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Kamis, 15 Desember 2022 - 06:17 WIB
Maya Herawati
OPINI: Membangun Financial Well-Being si Generasi Sandwich Elizabeth Fiesta Clara Shinta Budiyono, Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Advertisement

Apakah Anda pernah mengalami situasi tidak menikmati hasil bekerja untuk diri sendiri (misal: belanja online, investasi atau beli barang baru)?, ingin berlibur bersama suami/istri serta anak-anak namun harus membawa orang tua dalam perjalanan anda?, serta tidak bebas melakukan apa saja karena tuntutan dan tanggung jawab merawat orang tua?. Jika iya, mungkin anda sedang berada pada posisi terjepit di tengah-tengah generasi orang tua dan generasi anak-anak anda. Kondisi tersebut disebut kondisi sandwich generation. Maju kena mundur kena, itulah salah satu ungkapan yang sering diartikan sebagai situasi si “generasi sandwich”.

Istilah sandwich generation dipopulerkan oleh Dorothy A. Miller, seorang profesor dan pekerja sosial di Amerika Serikat pada tahun 1981. Menurut Dorothy, generasi sandwich adalah mereka yang berada pada posisi “terhimpit” di antara dua generasi yang berbeda yaitu generasi orang tua yang sudah menua dan generasi anak-anak yang masih bertumbuh.  Namun seiring berjalannya perkembangan zaman, istilah ini bermakna menjadi lebih luas. Abramson (2015) menjelaskan bahwa terdapat dua kategori untuk istilah ini yaitu the club sandwich yaitu mereka yang berumur 50-60 tahun dan the open faced sandwich yaitu siapapun yang terlibat memberikan bantuan akan kebutuhan kerabatnya.

Advertisement

Berdasarkan temuan dari Pew Research Center, pada tahun 2013 jumlah generasi sandwich di negara Amerika tercatat sebanyak 47%. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2021, data dari laporan Statistik Penduduk Lanjut Usia menjelaskan bahwa sebagian besar penduduk lanjut usia di Indonesia masih tinggal bersama dengan anak-anak mereka serta masih bergantung pada pengiriman barang dan uang untuk melanjutkan hidup (Velragha, 2021). JAKPAT, sebuah open survey platform juga merilis temuannya di mana dijelaskan sampai dengan tahun 2020, kurang lebih 48% masyarakat Indonesia adalah generasi sandwich.

Dorothy dalam jurnalnya yang berjudul “The “Sandwich” Generation: Adult Children of the Aging” berpendapat bahwa generasi ini akan rentan mengalami tekanan/stres karena menyadari bahwa sumber utama keberlangsungan keluarga/kerabat berada pada hidup “si generasi sandwich”. Lebih lanjut, Marini dalam tulisannya berjudul “Generasi Sandwich: Permasalahan, Tantangan, dan Solusinya” menjelaskan meskipun belum memiliki keluarga sendiri, apabila seseorang menghidupi orang tua, dirinya serta kerabat keluarga inti (misal: adik), maka ia dapat dikatakan sebagai bagian dari generasi ini dan bukan tidak mungkin mengalami tekanan yang tinggi.

Tekanan yang dimaksud dapat berupa tekanan mental karena dihadapkan pada kondisi keuangan yang tidak stabil.

Ketidakstabilan keuangan ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kegagalan orang tua dalam menyiapkan dana hari tua, kurangnya edukasi dan literasi keuangan, perilaku konsumtif, kegagalan mempersiapkan dana darurat dan masih banyak lagi.

Keadaan ini yang kerap kali membuktikan bahwa financial well-being pada generasi sandwich cukup rendah. Lantas apa itu financial well-being?

Istilah ini merujuk pada keadaan di mana seseorang merasa berdaya secara finansial. Kondisi mereka dengan financial well-being yang tinggi adalah ketika mereka merasa bebas akan perasaan cemas terhadap suatu hal yang buruk yang berkaitan dengan kehidupan keuangannya (Azman et al., 2021).

Seorang sandwich generation ada kalanya akan kesusahan dalam menabung, mempersiapkan dana pensiun dan menutupi biaya untuk keperluan diri sendiri maupun kerabat. Hal ini akan menimbulkan perasaan cemas serta tidak berdaya secara financial terutama jika ketergantungan yang dirasakan sangat besar. Untuk menciptakan financial well-being, melindungi posisi keuangan sembari merawat orang tersayang harus tetap menjadi perhatian yang utama. Menemukan keseimbangan di antara kedua hal tersebut memang terkesan mudah diucapkan namun sulit dilakukan. Tulisan dari North American Securities Administrators Association (NASAA) menjelaskan bahwa untuk membentuk financial security, perlu adanya keseimbangan dalam pengelolaan sumber daya keuangan.

Kaitannya dengan kondisi keuangan generasi ini, berikut adalah tips and trick dalam mengelola sumber daya keuangan sehingga kondisi financial well-being dapat tercapai.

Pertama, segera lakukan “the money talk” dengan orang tua atau kerabat. Ramsey (2021) dalam tulisannya “The Financial Struggles of the Sandwich Generation” menjelaskan bahwa keterbukaan akan percakapan yang jujur dan transparan dengan saudara atau anggota keluarga mampu meningkatkan rasa saling membantu serta rasa tanggung jawab antar anggota keluarga. Lakukan percakapan tentang kondisi keuangan secepat dan sesering mungkin. Ramsey juga menekankan bahwa penting melakukan diskusi yang mendalam dan penuh keterbukaan. Jangan merasa enggan mengajukan pertanyaan terkait kondisi keuangan kepada kerabat. Hal ini mungkin terlihat tidak biasa akan tetapi membantu generasi sandwich mendapatkan informasi krusial untuk pengambilan keputusan keuangan.

Kesejahteraan Diri

Jadikan tujuan keuangan pribadi sebagai prioritas. Mengapa? kebanyakan sandwich generation hanya berfokus pada pemenuhan kesejahteraan orang tua/kerabat/anak, sedangkan kesejahteraan diri sendiri sering kali dikesampingkan. Jika hal ini terus terjadi, maka bukan tidak mungkin anak-anak akan menjadi “si generasi sandwich” berikutnya. Maka persiapkan sedari dini tujuan keuangan jangka panjang pribadi (dana pensiun) sebagai salah satu cara melindungi anak-anak dari kondisi generasi sandwich di masa depan. Selain mempersiapkan untuk anak-anak, hal ini juga meningkatkan rasa aman dan berdaya dalam menghadapi kebutuhan keuangan di masa depan.

Bersikap bijaklah dalam mengelola keuangan. Memiliki pengetahuan serta kemampuan pengelolaan keuangan merupakan hal wajib yang harus dimiliki individu termasuk oleh kategori generasi sandwich. Pastikan alokasi pengeluaran terkendali. Pastikan untuk menyisihkan penghasilan di awal bulan sebagai bagian dari tabungan, cicilan atau kebutuhan dibandingkan untuk pengeluaran yang konsumtif. Patikan pula untuk mencatat segala bentuk pemasukan serta pengeluaran sehingga hasil pencatatan dapat dianalisis dan dijadikan tolak ukur di kemudian hari. Melakukan konsultasi keuangan juga mungkin diperlukan terutama untuk membantu perencanaan keuangan di masa depan.

Pada akhirnya menjadi generasi sandwich bukanlah sebuah halangan untuk seseorang mencapai financial well-beingnya. Meskipun di dalam kondisi terhimpit (antara generasi orang tua dan generasi si anak) atau bisa dikatakan “maju mundur kena” akan tetapi bukan tidak mungkin “si generasi sandwich” merasa bahagia dan aman terkait kehidupan keuangan mereka. Kondisi financial well-being ini dapat terwujud dengan pemahaman pengelolaan keuangan pribadi yang tepat serta melakukan komunikasi yang efektif dan efisien.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Tak Hanya Produksi Gula Jawa, Warga Butuh Pajangan Kini Juga Produksi Legen Nira

Bantul
| Selasa, 30 April 2024, 22:37 WIB

Advertisement

alt

Hari Kedua Konser Bersua di Jogja, Tulus Hipnotis Penonton

Hiburan
| Senin, 29 April 2024, 19:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement