Advertisement

OPINI: Jalan Mendaki Menuju Indonesia Emas 2045

Muhammad Syarkawi Rauf
Senin, 01 April 2024 - 06:37 WIB
Bhekti Suryani
OPINI:  Jalan Mendaki Menuju Indonesia Emas 2045 Muhammad Syarkawi Rauf - JIBI

Advertisement

Ekonom senior AS, Daron Acemoglu dari MIT dan James A. Robinson dari Universitas Harvard dalam bukunya Why Nations Fail; The Origin of Power, Prosperity and Poverty memperingatkan bahwa keterbelakangan di beberapa negara bukan karena faktor geografi atau budaya, tetapi karena pemimpinnya gagal membuat kebijakan yang tepat dan institusi ekonominya bersifat ekstraktif.

Sejalan dengan kedua ekonom di atas, presiden terpilih dipastikan melalui jalan mendaki mewujud-kan visi Indonesia Emas 2045, yaitu perekonomian Indonesia nomor empat terbesar dunia berdasarkan gross domestic product (GDP) dengan purchasing power parity (PPP). Posisi Indonesia secara global pada 2045 berada di peringkat keempat berdasarkan GDP-PPP. Posisi ini hanya kalah dari China, India dan Amerika Serikat (AS). Kekuatan ekonomi Indonesia saat itu jauh lebih baik dibandingkan dengan Jepang peringkat ke-8, Jerman peringkat ke-9 dan Inggris peringkat ke-10.

Advertisement

Namun, berdasarkan laporan International Monetary Fund (IMF), GDP per kapita Indonesia masih jauh dari GDP per kapita AS di peringkat pertama sebesar US$80.034 pada 2023. Peringkat Indonesia tertinggal jauh di posisi ke-112 pada 2023 dengan pendapatan per kapita hanya US$5.016.

Hingga saat ini, perekonomian Indonesia terjebak sebagai negara berpendapatan menengah (middle income trap). Perekonomian Indonesia melayang-layang di tengah, tidak mampu bersaing dengan negara maju menghasilkan barang berteknologi tinggi dan dengan negara berkembang dalam memproduksi barang berteknologi menengah.

Tantangan utama perekonomian nasional dalam 10 tahun ke depan adalah bertransformasi dari lower middle income (pendapatan menengah bawah) ke upper middle income (pendapatan menengah atas), yaitu dari pendapatan per kapita US$5.016 ke posisi US$7.500. Selanjutnya, fase 10 tahun berikutnya hingga 2045, perekonomian Indonesia diproyeksikan naik kelas menjadi developed country (negara maju) dengan pendapatan per kapita lebih besar dari US$12.350.

Kekuatan ekonomi Indonesia pada 2045 tidak hanya tercermin pada kemampuannya menghasilkan barang dan jasa yang ditunjukkan oleh peningkatan nilai GDP nominal. Tetapi menjadi 50 besar dunia dalam ukuran GDP per kapita. Transformasi perekonomian nasional memerlukan perubahan fundamental pada sisi supply atau produksi. Hal ini sejalan dengan World Bank (2012) yang menyebut perubahan ini sebagai supply side revolution (revolusi produksi).

Transformasi Ekonomi
Terdapat tiga skenario transformasi ekonomi yang dapat dilakukan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju dengan pendapatan per kapita lebih besar US$12.350 pada 2045. Skenario transformasi tersebut dibangun berdasarkan kerangka endogenous growth model yang fokus pada pertumbuhan produktivitas.

Model ini diperkenalkan oleh Paul Romer dari University of Chicago, AS yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara harus bersumber dari kekuatan internal perekonomian negara bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkelanjutan tidak bersumber dari faktor eksternal.

Sejalan dengan Armida (2009), tiga skenario transformasi ekonomi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5%, 6% dan 7% berfokus pada pertumbuhan stok barang modal (capital stock), produktivitas tenaga kerja, dan total factor produc-tivity (TFP).

Skenario pertama, mempertahankan pertumbuhan ekonomi 5% melalui kebijakan investasi yang inklusif dan mudah bagi calon investor untuk mendorong pertumbuhan barang modal minimal 5% per tahun, pertumbuhan angkatan kerja 1,3% dan pertumbuhan TFP sebesar 1,9%.

Skenario kedua, meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 6% per tahun pada 2025 melalui kebijakan moneter, fiskal dan investasi yang lebih longgar untuk meningkatkan pertumbuhan barang modal sebesar 7%, pertumbuhan angkatan kerja 1,3% dan pertumbuhan TFP sebesar 2,5%.

Skenario ketiga, skenario progresif menuju pertumbuhan 7% per tahun hingga 2045 Hal ini dapat dicapai melalui kebijakan makro dan investasi yang longgar bagi investor asing untuk meningkatkan pertumbuhan barang modal 10%, angkatan kerja 1,3% dan pertumbuhan TFP sebesar 3%.

Target pertumbuhan ekonomi 7% didukung oleh supply side revolution yang akan mengakselerasi pertumbuhan investasi sektor manufaktur berteknologi menengah dan tinggi. Sehingga rasio investasi terhadap GDP Indonesia setara dengan negara maju, yaitu sekitar 25% – 26% dari GDP setara dengan Rp5.250 triliun pada 2025.

Selanjutnya, meningkatkan angka partisipasi sekolah dan jumlah angkatan kerja berpendidikan menengah atas serta tinggi. Hal ini akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dari saat ini US$13,1 per jam, berperingkat 107 global menjadi setara negara maju sekitar US$69,1 per jam dalam 20 tahun ke depan.

Akhirnya, perlu upaya meningkatkan belanja pemerintah dan swasta untuk kegiatan riset dan pengembangan (R&D) sehingga mencapai 3,0% – 3,1% dari GDP, setara dengan AS, yaitu sekitar Rp630 triliun pada 2025. Hal ini akan mendorong inovasi dan kemajuan teknologi yang tercermin pada peningkatan pendaftaran hak paten, baik secara lokal maupun internasional. 

Muhammad Syarkawi Rauf
Tenaga Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Minggu 19 Mei 2024: DIY Cerah Berawan

Jogja
| Minggu, 19 Mei 2024, 05:57 WIB

Advertisement

alt

Lagu Rohani Kristen Country yang Ngena Banget, Jesus Take the Wheel

Hiburan
| Sabtu, 18 Mei 2024, 23:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement