Opini

Ramadan Media Pendewasaan Umat Menyikapi Arus Informasi

Penulis: Arsyl Elensyah Rhema Machawan, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Jepang UMY
Tanggal: 28 April 2021 - 06:27 WIB
Arsyl Elensyah Rhema Machawan, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Jepang UMY

Saat ini kita semua hidup di zaman yang sangat dinamis, sekat-sekat yang dulu membatasi proses interaksi seolah-olah sudah hilang seiring dengan kemajuan teknologi. Kemudahan dalam berkomunikasi antarindividu atau aksesibilitas informasi menjadi sangat mudah.

Misalkan ketika sebuah kejadian di suatu negara terjadi maka dapat diketahui saat itu juga di belahan dunia lainnya, meskipun lewat dunia maya. Bahkan, jika dahulu ada istilah citizen maka kini istilah yang lebih terkenal adalah netizen atau bisa dikatakan penduduk dunia daring. Kalau dulu kita kenal idiom “actions speak louder than words”, maka words atau kata yang merupakan produksi utama dari netizen kini jauh lebih loud (didengar) ketimbang aksi nyata.

Sebenarnya pergeseran sebuah nilai adalah Sunatullah hal yang wajar dan mesti terjadi, akan tetapi hal yang mesti diwaspadai dari tren yang berkembang di dunia netizen dewasa ini adalah berkaitan dengan hoaks atau kabar palsu yang sangat marak terjadi. Bagi seorang muslim persoalan-persoalan yang terjadi akan selalu dikembalikan kepada kitabullah dan sunah Rasulullah agar tepat dalam bersikap. Mari kita kembali ke masa lalu bagaimana fenomena hoaks juga pernah ada di masa Rasulullah SAW.

Mengutip dari Sirah Nabawiyah karya Dr. Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buthy, dulu terjadi peristiwa besar yang kita kenal dengan berita bohong atau haditsul ifki. Dipaparkan ketika umat muslim pulang dari perang bani Musthaliq, Rasul memerintahkan orang-orang untuk segera berangkat di malam hari, di saat orang-orang sedang sibuk berkemas, Aisyah RA yang membersamai Rasulullah pada perang ini hendak pergi untuk membuang hajat.

Sekembalinya buang hajat, beliau menyadari kalung yang dikenakannya hilang, sehingga membuat beliau pergi lagi untuk mencari kalung tersebut.

Singkat cerita beliau tertinggal sendirian dari rombongan dan tetap diam di daerah tersebut sampai akhirnya ditemukan oleh Shafwan bin Mu’aththal yang kemudian mengantarkan Aisyah RA hingga ke daerah peristirahatan umat muslim.

Dari sanalah tersiar kabar bohong dari mulut seorang munafik Abdullah bin Ubay yang bertujuan merusak hubungan keluarga Rasulullah SAW. Berita bergulir deras dan memengaruhi Rasulullah SAW bahkan wahyu tidak turun selama satu bulan, sampai akhirnya kita ketahui karena peristiwa inilah sebab turun wahyu dari Allah SWT yaitu Surat An-Nur 11-21.

Maka, dari peristiwa tersebut alangkah bijaknya manakala umat muslim secara khusus menarik hikmah-hikmah atas banyaknya berita bohong yang sering terjadi, dengan terlebih dahulu mendahulukan literasi informasi dengan referensi yang kebenarannya sudah jelas serta menempuh tabayyun sehingga benar dalam bereaksi serta menilai persoalan.

Di Bulan Ramadan inilah momentum yang tepat untuk kembali kepada kitabullah dan sunah Rasulullah, bulan istimewa bulan Al-Qur’an diturunkan, agar umat Islam Kembali ke marwahnya sebagai umat washatiyah umat terbaik yang pernah dilahirkan di tengah-tengah manusia, umat yang menengahi perkara bukan menjadi umat yang sering terprovokasi apalagi jadi umat yang sering mengasapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Taawun Sosial Ramadan PWA DIY Berbagi Berkah dan Pesan Kebajikan
Uniknya Tradisi Maleman, Malam Peringatan Nuzulul Quran di Mataram
Keluarga Besar The Atrium Hotel and Resort Adakan Pengajian dan Buka Bersama
Jadwal Magrib dan Buka Puasa di Jogja Hari Ini, Minggu 7 April 2024

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Konser Musikal Memeluk Mimpi-mimpi, Ruang Terbuka Berfikir & Berekspresi
  2. DPD Golkar Boyolali Dorong Ahmad Luthfi-Wihaji Jadi Cagub-Cawagub Jateng
  3. Berita Terpopuler : Calhaj Termuda Klaten-3 Pelaku Pembunuhan Sukoharjo Dibekuk
  4. Bolone Ilyas Gelar Nonbar Timnas Vs Korsel Nanti Malam, Ini Lokasinya

Berita Terbaru Lainnya

OPINI: Kartini Membangun untuk Indonesia Gemilang
OPINI: Buku untuk Masa Depan

OPINI: Buku untuk Masa Depan

Opini | 2 days ago
OPINI: Peran Upah dalam Dinamika Pengangguran di Indonesia
OPINI: Dari QRISnomics Menuju Yogya QRIStimewa
OPINI: Mudik 2024 dan Refleksi Masalah Kependudukan DIY
OPINI: Harmonisasi Organisasi, Belajar dari Kisah Munki & Trunk
OPINI: Mengatur Keuangan di Masa Lebaran
OPINI: Catatan Pendek Warisan Dunia Sumbu Filosofi Yogyakarta
Menghadapi Pertanyaan Stigmatif Saat Lebaran
Mengatur Keuangan Di Masa Lebaran Agar Saldo Tak Berakhir 0