Opini

OPINI: Kesenian di Tengah Pandemi

Penulis: Bartolomeus Galih Visnhu Pradana, Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Tanggal: 08 Juli 2021 - 06:37 WIB
Bartolomeus Galih Visnhu Pradana, Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Keanekaragaman budaya Indonesia yang kaya disebabkan oleh proses yang panjang antar suku bangsa Indonesia. Salah satu daya tarik wisata budaya Indonesia adalah tarian dan pertunjukan tradisional.

Tari adalah salah satu seni yang paling populer di masyarakat. Beberapa artikel menyebutkan bahwa tarian tersebut merupakan simbol pemujaan atau penghargaan kepada Sang Pencipta, untuk menyambut tamu dan merayakan kabar baik. Seni tari memiliki makna dan simbol yang berbeda untuk setiap tarian. Kesenian Indonesia dapat meningkatkan perekonomian masyarakat jika dikelola dan dilestarikan dengan baik.

Namun, pandemi Covid-19 yang masih merajalela hingga hari ini, berdampak pada sektor kesenian serta banyak aspek penting ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Tentu saja, sektor kesenian terpukul oleh pandemi global ini. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan bahwa sebanyak 44.295 penggiat seni terkena dampak wabah ini. Larangan pertemuan tatap muka berskala besar membuat seni pertunjukan tidak bisa dilakukan dengan baik. Bagi mereka yang bekerja dan memperoleh pendapatan dalam bidang seni, hal ini menimbulkan ketidakpastian tentang pendapatan mereka.

Sektor kesenian baik itu teater, tari dan musik memiliki efek sinergis pada empat bidang utama, yaitu waktu, ruang, seniman itu sendiri, dan hubungan antara seniman dan penikmat seni. Sehingga tidak berlebihan jika mengatakan bahwa sektor kesenian sangat terpengaruh dengan adanya kebijakan work from home, social distancing, dan pembatasan sosial skala besar (PSBB). Berbagai cara telah diupayakan untuk mendukung kehidupan penggiat seni dan kehidupan kesenian itu sendiri.

Masa pandemi ini memaksa para penggiat seni untuk berkompromi agar tetap eksis dan tidak terpuruk. Meskipun pandemi Covid-19 diyakini akan banyak memberikan dampak negatif, namun pandemi ini dapat pula menjadi pemicu peningkatan kreativitas dan inovasi juga dapat memberikan peluang dan tantangan untuk bertahan di masa-masa sulit. Penggiat seni mulai mengubah pertunjukannya secara online yang biasanya berlangsung secara offline. Tentu saja, itu tidak mudah.

Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh para penggiat seni saat ini adalah dengan melakukan pertukaran pengetahuan melalui diskusi dari jarak jauh. Selama pandemi ini, penggiat seni diberikan ruang dan waktu untuk berefleksi serta mencari cara meningkatkan praktik kesenian yang telah dilakukan selama ini. Seni sendiri berfungsi untuk menjaga kesadaran masyarakat di masa pandemi ini. Seni merupakan hal yang inspiratif, meditatif dan menarik. Sehingga, nilai - nilai yang kita temukan dalam seni dapat membentuk sikap kita dalam kehidupan bermasyarakat, seperti misalnya saling menjaga dengan tetap waspada namun tidak mudah curiga dan menyadari bahwa semua yang terjadi di masyarakat adalah tanggung jawab bersama.

Oleh karena itu, perlu adanya support dari masyarakat setempat, pemerintah pusat dan daerah untuk melestarikan seni dan budaya di masyarakat. Jangan biarkan seni, tradisi atau budaya semakin menjauh dari bantuan modal dan pemberian ruang pertunjukan. Pemerintah harus menyusun kebijakan, baik itu kebijakan jangka pendek dan kebijakan jangka panjang untuk mengantisipasi dampak Covid-19 terhadap kegiatan seni dan budaya. Kebijakan jangka pendek berupa dukungan pemerintah melalui acara kesenian, pemberian uang tunai, maupun kebutuhan pokok dapat membantu dan berguna bagi penggiat seni.

Stimulus finansial dalam bentuk pendanaan oleh pemerintah kepada seniman dan organisasi seni pertunjukan merupakan solusi terbaik dan terdekat untuk menjaga kelangsungan industri kesenian. Sementara itu, pemerintah harus segera membangun ekosistem seni dan budaya yang matang untuk kebijakan jangka panjangnya. Diperlukan strategi untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan bagi para penggiat seni.

Hal lain yang perlu kita sadari bahwa salah satu kekayaan bangsa Indonesia adalah seni dan budaya. Setiap suku atau daerah memiliki keseniannya sendiri-sendiri. Jangan sampai kesenian dan tradisi tersebut tergantikan oleh perkembangan teknologi yang membuat generasi muda tidak lagi mengenal kesenian tradisional dan lebih menyukai kesenian asing yang sedang menjadi trend anak muda saat ini. Oleh karena itu, merawat kesenian tradisional tidak hanya memberikan kucuran dana saja, tetapi juga disertai dengan menumbuhkan semangat sejarah untuk pelestarian budaya.

 

Ruang Berekspresi

Kesenian tradisi bisa hidup kembali jika penggiat seni memiliki ruang untuk berekspresi dan mendapatkan apresiasi dari masyarakat luas. Perkenalkan dan ajak generasi muda untuk mempraktikkan kesenian tradisional dalam gaya hidupnya. Dengan begitu, tidak akan ada lagi citra penggiat seni yang mati karena kemiskinan dan kesengsaraan.

Pembenahan diperlukan untuk mulai menjaga kecintaan anak muda terhadap seni tradisional dan membangun kesenian tradisional yang lestari. Hal tersebut dilakukan dengan menumbuhkan kecintaan anak muda pada budaya bangsa melalui program formal dan informal. Tentunya ini juga bisa menjadi strategi untuk mengembalikan ketenaran seni tradisional.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

OPINI: Wacana Pembatasan Pertalite
HIKMAH RAMADAN: Kekuatan Doa
OPINI:  Mengendalikan Inflasi Pangan
HIKMAH RAMADAN: Ramadan di Gaza Palestina

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Diduga Sakit, Buruh Pabrik Garmen Semarang Meninggal di Indekos
  2. Dampak Erupsi Gunung Marapi, Bandara Minangkabau Sempat Ditutup Sementara
  3. Bermain Masak-masakan, Bocah di Miri Sragen Terkena Semburan Api dan Terluka
  4. Ribuan Hektare Tanaman Padi di Kudus Puso Akibat Terendam Banjir

Berita Terbaru Lainnya

OPINI: Wacana Pembatasan Pertalite
HIKMAH RAMADAN: Kekuatan Doa

HIKMAH RAMADAN: Kekuatan Doa

Opini | 2 days ago
OPINI:  Mengendalikan Inflasi Pangan
HIKMAH RAMADAN: Ramadan di Gaza Palestina
OPINI: Salib Tanpa Dipikul

OPINI: Salib Tanpa Dipikul

Opini | 4 days ago
HIKMAH RAMADAN: Orang yang Merugi di Bulan Ramadan
OPINI: Bijak Mengurangi Sampah, Wujudkan Ramadan Penuh Berkah
HIKMAH RAMADAN: Berpuasa Ramadan di Era Post Truth
OPINI: Program Makan Siang dan Susu Gratis: Apakah Efektif?
HIKMAH RAMADAN: Dakwah Bil Hal Melalui Solidaritas Digital di Era 4.0