Opini

OPINI: Menggerakkan Ekonomi Dimulai dari Sektor Pariwisata

Penulis: Aloysia Yanti Ardiati, Dosen Departemen Akuntansi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Tanggal: 20 Januari 2022 - 06:07 WIB
Aloysia Yanti Ardiati, Dosen Departemen Akuntansi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Pariwisata menjadi sektor yang paling terpukul terkena dampak pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia, sejak awal tahun 2020 lalu. Adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang kemudian berubah menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sebagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran virus Corona, terutama di Pulau Jawa dan Bali, membuat sektor pariwisata nyaris lumpuh atau bahkan lumpuh total.

Kebijakan PSBB yang berubah menjadi PPKM menyebabkan mobilitas masyarakat dari suatu tempat ke tempat yang lain menjadi terbatas atau dibatasi. Hal ini diperparah dengan adanya kebijakan penutupan tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, objek wisata, rumah makan/restoran dan sebagainya. Urat nadi ekonomi pun berhenti bergerak dan nyaris lumpuh.

Dengan kebijakan PSBB atau PPKM, masyarakat tetap boleh beraktivitas meski dibatasi dengan menjalankan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin. Dalam kebijakan ini masyarakat tetap boleh bergerak atau beraktivitas agar roda ekonomi tetap jalan, meski pelan, namun keselamatan atau kesehatan masyarakat tetap terjaga agar tidak tertular virus Corona.

Melalui kebijakan ini pemerintah berupaya membuat keseimbangan antara penanganan bidang ekonomi dan kesehatan. Kedua-duanya harus mendapat perhatian yang sama dan seimbang karena bila hanya fokus atau mengutamakan yang satu akan mematikan yang lain. Apapun yang diperhatikan dan diabaikan, tetap seluruh lapisan masyarakat yang terkena dampaknya.

Lokomotif Ekonomi

Dampak dari kebijakan itu pun mulai terasa. Kondisi Covid-19 di Indonesia mulai membaik meski ada varian baru Covid-19 yakni Omicron. Hal ini bisa dilihat dari angka harian kasus terkonfirmasi positif maupun kasus meninggal dunia yang rendah maupun angka harian pasien sembuh yang tinggi.

Dengan semakin membaiknya kondisi Covid-19 di Indonesia maka pembangunan ekonomi perlu semakin digencarkan. Pembangunan ekonomi dimulai dari sektor pariwisata karena pariwisata memiliki multiplier effect yang luas, yakni mampu menggerakkan sektor-sektor lain. Boleh dibilang sektor pariwisata menjadi lokomotif ekonomi.

Lantas, apa yang harus dilakukan untuk membangkitkan sektor pariwisata agar bisa menggerakkan sektor-sektor lainnya? Menurut hemat penulis, dengan cara melakukan pelonggaran aturan kunjungan ke objek wisata. Hal ini untuk mendorong agar semakin banyak wisatawan yang datang berkunjung. Dengan demikian jasa transportasi, tempat penginapan/hotel, pusat oleh-oleh, pusat kerajinan, rumah makan/restoran dan yang terkait dengan pariwisata lainnya akan ikut bergerak. Lapangan kerja pun kembali terbuka karena mereka yang sebelumnya dirumahkan bisa dipekerjakan kembali, usaha yang sebelumnya ditutup bisa dibuka lagi serta peluang baru bisnis barang dan jasa semakin terbuka luas.

Sebagai daerah tujuan wisata, pembangunan sektor pariwisata di DIY menjadi sangat penting sehingga perlu menjadi prioritas. Sebab, sektor pariwisata memiliki kontribusi cukup besar terhadap pemasukan atau pendapatan asli daerah (PAD) DIY maupun penciptaan lapangan kerja.

Menurut data dari Dinas Pariwisata DIY yang tertuang dalam Buku Statistik Kepariwisataan Tahun 2020, kontribusi PAD dari subsektor pariwisata sebesar Rp285.748.213.791 dari total PAD DIY sebesar Rp1.876.706.829.354,71 dalam APBD DIY tahun 2020 (visitingjogja.jogjaprov.go.id).

Sementara dari segi ketenagakerjaan, sebanyak 7.021 tenaga kerja bekerja di hotel bintang di DIY, belum termasuk mereka yang bekerja di hotel nonbintang. Jumlah tersebut merupakan pekerja formal di hotel-hotel, baik hotel bintang maupun nonbintang.

Sementara jumlah pekerja nonformal di sektor pariwisata jauh lebih banyak lagi. Menurut data BPS DIY, pada tahun 2019 tercatat ada 163 hotel bintang dan 1.817 hotel nonbintang di DIY (yogyakarta.bps.go.id).

 

Mobilitas Masyarakat

Membangun sektor pariwisata secara tidak langsung akan mendorong sektor-sektor ekonomi lainnya, terutama yang terkait dengan pariwisata, termasuk membuka lapangan kerja baik formal maupun informal. Sementara kunci utama dalam menggerakkan pariwisata maupun ekonomi pada umumnya adalah mendorong mobilitas masyarakat.

Tentu saja mobilitas masyarakat di tengah pandemi Covid-19 tidak sebebas di masa normal seperti sebelum pandemi Covid-19. Ada sejumlah syarat dan ketentuan yang wajib diikuti, ditaati dan dipatuhi masyarakat yang selama ini dikenal dengan sebutan protokol kesehatan (prokes).

Hal ini penting agar di satu sisi masyarakat tetap melakukan aktivitas seperti biasa, termasuk bisa berkunjung ke objek wisata, sementara di sisi lain tetap aman dari potensi tertular dan menularkan virus Corona.

Dalam hal ini ada kebiasaan baru dalam melakukan aktivitas, terutama di ruang-ruang publik atau tempat-tempat umum termasuk di objek-objek wisata. Kebiasaan baru seperti selalu mengenakan masker saat bertemu dengan orang lain, selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah bepergian di luar rumah, wajib menjaga jarak saat bertemu dan berkumpul, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas yang tidak perlu atau tidak penting.

Kepatuhan dan ketaatan pada prokes harus menjadi kesadaran kolektif masyarakat untuk saling menjaga dan melindungi dari ancaman atau potensi tertular atau menularkan virus Corona. Bila kesadaran ini sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan baru masyarakat maka aturan-aturan yang menghambat dan membatasi mobilitas masyarakat seperti yang diatur dalam kebijakan PPKM tidak perlu lagi.

Sebaliknya, mobilitas masyarakat perlu didorong agar roda ekonomi tetap berjalan tanpa mengabaikan faktor kesehatan. Keduanya harus berjalan beriringan atau seiring sejalan tanpa mengorbankan salah satunya. Dan faktanya, saat ini mobilitas masyarakat tampak mulai normal. Tempat-tempat wisata, tempat kuliner, rumah makan/restoran, tempat penginapan seperti hotel, homestay, vila dan sebagainya mulai dipadati pengunjung/wisatawan.

Kondisi ini berdampak positif bagi kemajuan ekonomi Indonesia. Tingginya mobilitas masyarakat, terutama ke tempat-tempat wisata, menghidupkan kembali usaha-usaha yang sebelumnya lesu atau mati bahkan peluang usaha baru terbuka luas.

Usaha jasa transportasi darat, laut dan udara, baik angkutan umum maupun pribadi, kembali bergeliat. Hotel-hotel atau tempat-tempat penginapan kembali dipenuhi tamu, rumah makan/restoran dipadati konsumen, demikian pula pusat oleh-oleh, pusat kerajinan dan jasa transportasi.

Dengan demikian, pariwisata bisa menjadi motor penggerak atau lokomotif yang mampu menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya. Karena membangun pariwisata untuk menggerakkan roda ekonomi merupakan keniscayaan. Sementara untuk membangkitkan dan menghidupkan kembali pariwisata dengan cara mendorong mobilitas masyarakat harus terus dilakukan tanpa mengabaikan protokol kesehatan. Membatasi mobilitas masyarakat secara ketat dan kaku merupakan kebijakan yang kontra produktif.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Mengatur Keuangan Di Masa Lebaran Agar Saldo Tak Berakhir 0
OPINI: Merawat Persatuan dengan Pemaafan
OPINI: Tetap Happy Tanpa Drama Menghadapi Pertanyaan Stigmatif saat Lebaran
OPINI: Emas, Sang Primadona Investasi

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Tersangka Korupsi, KPK: Penyidikan Masih Berjalan
  2. Bupati Sidoarjo Gus Mudhlor Jadi Tersangka Korupsi Pemotongan Insentif ASN
  3. Habis Lebaran, 25 Sekcam di Wonogiri Dapat Motor Dinas Baru Yamaha Aerox
  4. Kualitas Premium, Ini Spesifikasi dan Keunggulan Macbook Air M1 dari Apple

Berita Terbaru Lainnya

Mengatur Keuangan Di Masa Lebaran Agar Saldo Tak Berakhir 0
OPINI: Merawat Persatuan dengan Pemaafan
OPINI: Tetap Happy Tanpa Drama Menghadapi Pertanyaan Stigmatif saat Lebaran
OPINI: Emas, Sang Primadona Investasi
HIKMAH RAMADAN: Idulfitri: Menjaga Kemenangan dalam Takwa
OPINI: Pengetatan Moneter dan Fiskal
HIKMAH RAMADAN: Makna dan Hikmah Lebaran
Pabrik Energi Mitokondria Diturunkan dari Ibu
OPINI: Governansi dan Persepsi Korupsi
HIKMAH RAMADAN: Bijak Berburu Takjil Saat Puasa