Opini

OPINI: Pentingnya Design Thinking dalam Mendorong Inovasi

Penulis: Agatha Mayasari, Dosen Departemen Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Tanggal: 04 Agustus 2022 - 06:07 WIB
Agatha Mayasari, Dosen Departemen Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Saat ini inovasi adalah urusan semua orang. Apakah Anda seorang manajer di sebuah perusahaan global, pengusaha yang baru memulai (start-up), dalam peran pemerintah, atau guru di sekolah dasar, atau pendidik di perguruan tinggi, setiap orang diharapkan untuk menjadi ramping (lean), untuk berbuat lebih baik dengan menghilangkan semua aktivitas yang tidak ada nilai tambahnya dan meningkatkan proses kerja agar lebih efektif, efisien, dan berkualitas.

Inovasi dibutuhkan untuk memecahkan gelombang masalah yang dihadapi saat ini dan di masa depan. Inovasi penting dilakukan untuk mendukung kelangsungan hidup organisasi dan senjata yang dapat digunakan untuk mempertahankan keuntungan dalam mencapai keunggulan kompetitif. Salah satu metode yang menarik perhatian besar dalam mendorong pemikiran baru dalam inovasi adalah design thinking. Pada setiap tingkat di setiap jenis organisasi, design thinking menyediakan metode pemecahan masalah yang dibutuhkan untuk menjadi pemikir inovatif dan mengungkap peluang kreatif yang ada dan yang  belum terlihat.

Design thinking adalah bagian besar dari inovasi, karena memungkinkan orang, tim, dan organisasi untuk memiliki perspektif yang berpusat pada manusia dengan pendekatan ilmiah untuk memecahkan masalah. Design thinking mengubah cara organisasi dalam menciptakan nilai. Fokus inovasi telah bergeser dari yang didorong oleh teknik menjadi didorong oleh desain, dari yang berpusat pada produk menjadi berpusat pada pengguna, dan dari yang berfokus pada pemasaran menjadi berfokus pada pengalaman pengguna.

Design thinking sebagai sebuah proses pemecahan masalah sangat menekankan pendekatan solusi praktis dan kreatif dari sisi pengguna. Dalam hal ini, terdapat empat prinsip design thinking yang harus dipenuhi, yaitu, pertama, berpusat pada manusia, bahwa desain yang baik adalah tentang memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Kedua, welas asih yaitu memastikan inovasi berpusat pada pengguna. Ketiga, pemikiran ekspansif yaitu memastikan berbagai solusi telah dieksplorasi secara luas dan mendalam. Prinsip terakhir, eksperimen yaitu memastikan inovasi yang dilakukan harus berbasis bukti.  Lebih dari itu, design thinking terdiri dari serangkaian proses dengan lima langkah (empathize, define, ideate, protoype, test) yang mengedepankan sisi pengguna untuk menyelesaikan permasalahan secara kreatif, meningkatkan kepuasan pengguna atau menelurkan sebuah inovasi yang tepat.

Lima langkah dalam proses design thinking, yaitu pertama, emptahize, pada langkah awal harus menanamkan rasa empati kepada pengguna. Melalui empati dapat memahami perspektif dan perasaan yang dialami pengguna (keluhan, kebutuhan, keinginan). Pada tahap ini, harus menahan asumsi pribadi untuk menghindari bias sehingga bisa melakukan observasi, riset, mengumpulkan informasi atau aspirasi dari pengguna dengan objektif. Dengan demikian, langkah ini secara implisit mendorong pendekatan bisnis yang lebih bijaksana dan manusiawi. Kedua, define yaitu mendefinisikan permasalahan pengguna yang akan diselesaikan dari sudut pandang pengguna. Pada tahap ini  mampu menginterpretasikan dan mengembangkan pemahaman tentang kebutuhan pengguna yang tidak terpenuhi atau tidak diartikulasikan. Dengan dua langkah ini maka kita akan memahami secara mendalam apa yang menjadi masalah pengguna. Ketiga, ideate adalah bagaimana menghasilkan ide-ide solusi sebanyak, sekreatif, dan seinovatif mungkin, serta mampu memilih ide solusi yang terbaik. Pada langkah ini, kita diajak untuk berpikir thinking without the box bukan lagi out of the box. Cara berpikir kita dilatih untuk lateral thinking. Cara berpikir yang berusaha mencari solusi melalui metode yang tidak umum, atau sebuah cara yang biasanya akan diabaikan oleh pemikiran logis. Berpikir dengan cara “keluar” dari cara linier dan menemukan cara asimetri (berpikir lateral). Inti berpikir lateral adalah mengubah pola dan “break out” dari cara yang sudah umum, oleh karenanya, seseorang bebas untuk mencoba berpikir berbeda dan mendapatkan sesuatu yang baru dan berguna. Thinking without the box.

Keempat, prototype adalah adalah pembuatan model sederhana dari banyaknya alternatif solusi yang ada. Dengan membuat model, akan terlihat bagaimana masalah bisa diselesaikan melalui perubahan desain yang dibuat dan mendapatkan solusi terbaik berdasarkan pengalaman pengguna. Kelima, test adalah menguji solusi atau prototipe terbaik yang dipilih kepada pengguna untuk mendapatkan umpan balik apakah solusi atau prototipe tersebut inovatif menjawab kebutuhan, keinginan atau masalah dari pengguna. Kelima, langkah ini merupakan proses yang berulang, dimana ide akan terus diuji dan disempurnakan sebelum diwujudnyatakan menjadi sebuah produk/jasa baru atau sebuah kebijakan baru.

Metode Terbaik

Menerapkan design thinking dalam organisasi adalah metode terbaik untuk memahami, membuat makna, menyederhanakan proses, dan meningkatkan pengalaman pengguna. Lebih lanjut, design thinking dapat meminimalkan risiko, mengurangi biaya, meningkatkan kecepatan, dan memberikan energi pada karyawan. Bagi para pemimpin, design thinking memberikan kerangka kerja untuk mengatasi tantangan kompleks yang berpusat pada manusia dan membuat keputusan terbaik tentang mendefinisikan ulang nilai, menciptakan kembali model bisnis, pergeseran pasar dan perilaku, perubahan budaya organisasi, tantangan sosial yang kompleks (kesehatan, pendidikan, dan perubahan iklim) serta masalah yang mempengaruhi pemangku kepentingan yang beragam dari berbagai sistem.

Perlu dicatat, bahwa design thinking dapat berhasil jika ada proses ko-kreatif kolaboratif yang didasarkan pada keterlibatan, dialog, dan pembelajaran. Ketika Anda melibatkan pengguna dan/atau pemangku kepentingan dalam proses mendefinisikan masalah dan dalam mengembangkan solusi, Anda memiliki peluang yang jauh lebih baik untuk mendapatkan komitmen terhadap perubahan, dan mendapatkan dukungan untuk inovasi Anda. Pada akhirnya, design thinking adalah proses perjalanan belajar dan penemuan inovasi, serta bagi organisasi bukan lagi lebih sekadar menciptakan produk dan layanan tetapi dapat diterapkan pada sistem, prosedur, protokol, dan pengalaman pengguna.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

OPINI: Wacana Pembatasan Pertalite
HIKMAH RAMADAN: Kekuatan Doa
OPINI:  Mengendalikan Inflasi Pangan
HIKMAH RAMADAN: Ramadan di Gaza Palestina

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Sambangi Kandang Madura Malam Ini, PSS Sleman Usung Misi Menjauh dari Degradasi
  2. Gedung Hubdam Kodam IV Diponegoro Semarang Terbakar, Ini Total Kerugian
  3. Kisah Sukses Umbul Pelem Klaten, dari Ladang Cenil sampai Jadi Wisata Favorit
  4. Kemenhub Tambah Kuota Mudik Gratis dengan Bus untuk 10.000 Orang, Yuk Daftar!

Berita Terbaru Lainnya

OPINI: Wacana Pembatasan Pertalite
HIKMAH RAMADAN: Kekuatan Doa

HIKMAH RAMADAN: Kekuatan Doa

Opini | 2 days ago
OPINI:  Mengendalikan Inflasi Pangan
HIKMAH RAMADAN: Ramadan di Gaza Palestina
OPINI: Salib Tanpa Dipikul

OPINI: Salib Tanpa Dipikul

Opini | 4 days ago
HIKMAH RAMADAN: Orang yang Merugi di Bulan Ramadan
OPINI: Bijak Mengurangi Sampah, Wujudkan Ramadan Penuh Berkah
HIKMAH RAMADAN: Berpuasa Ramadan di Era Post Truth
OPINI: Program Makan Siang dan Susu Gratis: Apakah Efektif?
HIKMAH RAMADAN: Dakwah Bil Hal Melalui Solidaritas Digital di Era 4.0