Advertisement

Penjualan Mobil LCGC Diprediksi Merosot Tahun Ini, Ada Apa?

Thomas Mola
Sabtu, 20 April 2019 - 08:07 WIB
Mediani Dyah Natalia
Penjualan Mobil LCGC Diprediksi Merosot Tahun Ini, Ada Apa? Ilustrasi LGCC Agya dari Toyota - Bisnis Indonesia/Rachman

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA–Berkembangnya pasar otomotif hingga kebijakan terbaru dari pemerintah memengauhi penjualan kendaraan model kendaraan bermotor roda empat hemat energi berharga terjangkau (KBH2) alias LCGC (low cost green car) diprediksi terus menurun pada level di bawah 10% pada tahun ini. 

Tidak adanya model baru, berkembangnya pasar sepeda motor serta wacana pemerintah mengenakan pajak 3% bakal membuat segmen ini kian tertekan.

Advertisement

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan penjualan model KBH2 pada triwulan I/2019 sebanyak 52.388 unit, turun 10,6% dibandingkan periode yang sama 2018. Tren penurunan itu melanjutkan kinerja 2018 dan 2017 yang anjlok masing-masing 1,8% dan 0,3%.

Executive General Manager PT Toyota-Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan selama dua tahun terakhir pasar KBH2 mengalami koreksi karena beragam faktor. Pada 2017 terjadi peningkatan non-performing financing (NPL) sehingga perusahaan leasing menahan pembiayaan pada 2018.

Pada 2018, pasar segmen ini sedikit tertolong karena permintaan dari layanan taksi daring sehingga penurunan tidak terlalu dalam. Pada tahun ini, pasar LCGC diproyeksi bakal turun lebih dalam tetapi masih di bawah 10%.

Dia menjelaskan segmen LCGC ibarat tulang karena margin yang diperoleh produsen sangat tipis. Hal itu membuat produsen yang masuk ke segmen ini tidak bertambah sejak pertama kali dirilis pada 2013.

"Kalau lihat APM [agen pemegang merek] masuk ke LMPV [low multi purpose vehicle], pasar motor berkembang, transportasi umum makin bagus lalu rencananya akan kena pajak 3%. Ini akan turun, tetapi enggak sampai 10%, pasarnya masih besar," ujarnya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) baru-baru ini.

Soerjopranoto berpendapat wacana tarif 3% dan pajak berdasarkan emisi untuk KBH2 tidak sejalan dengan minat konsumen. Pasalnya, konsumen KBH2 sangat sensitif dengan harga dan tidak peduli dengan emisi.

Menurutnya, konsumen yang cukup peduli dengan emisi umumnya untuk model menengah hingga premium. Jika produsen harus memilih antara KBH2 dan elektrifikasi, maka masuk ke mobil listrik merupakan pilihan rasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Berikut Tim yang Lolos ke Semifinal Liga Europa 2024 dan Jadwal Pertandingannya

Sepakbola
| Jum'at, 19 April 2024, 09:37 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement