Advertisement
Guru Besar UGM Ingatkan Pentingnya Kekebalan Digital
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Profesor Paulus Insap Santosa resmi dikukuhkan Guru Besar dalam Bidang Teknologi Informasi pada Fakultas Teknik UGM. Dalam pidatonya ia menyinggung soal Sistem Kekebalan Digital (SKD) yang kudu menjadi perhatian di era teknologi digital saat ini.
Dalam pidatonya yang bertajuk Sistem Kekebalan Digital Untuk Perlindungan Data dan Privasi Masyarakat Awam di Masyarakat 5.0, Paulus menandaskan penggunaan teknologi digital yang makin luas dan kompleks menimbulkan tantangan baru dalam hal keamanan digital. Tidak hanya bagi organisasi, pemerintahan, maupun industri, aspek keamanan digital ini juga merambah bagi individu. Terutama bagi pengguna awam dan remaja yang saat ini menjadi pengguna aktif internet.
Advertisement
BACA JUGA : Salut! Pemda DIY Masuk 3 Besar Provinsi Berdaya Saing
"Khususnya bagi pengguna awam dan remaja, untuk melindungi kita semua dari berbagai ancaman privasi dan keamanan data yang makin lama juga makin canggih dan bervariatif, baik cara maupun metodenya,” tuturnya di Balai Senat UGM, Kamis (6/7/2023).
Ia menambahkan perilaku pengguna teknologi digital yang tidak tepat atau kurang mengikuti praktik keamanan yang sesuai, disebutnya dapat meningkatkan risiko terhadap serangan dan ancaman digital. Beberapa di antaranya seperti pencurian identitas, kebocoran data dan sebagainya. Dengan risiko tersebut, Paulus berpandangan bila penyediaan fasilitas keamanan oleh platform teknologi sudah menjadi keharusan.
"Jika kita memandang ancaman terhadap privasi dan keamanan data merupakan ancaman penyakit, maka kita perlu membangun Sistem Kekebalan Digital," ungkapnya.
Dijelaskan Paulus, pada prinsipnya SKD merupakan sistem keamanan yang diterapkan pada sistem berbasis komputer untuk memantau aktivitas digital dan melindungi pengguna dari berbagai malicious code seperti malware, virus hingga serangan hacker. SKD memiliki prinsip layaknya sistem kekebalan tubuh manusia yang dapat mengidentifikasi ancaman, merespons, dan melakukan tindakan preventif yang diperlukan.
Paulus menambahkan bila SKD memainkan peran penting dalam melindungi privasi. Utamanya untuk memastikan bahwa data tidak terbuka untuk ancaman keamanan seperti pencurian identitas maupun penyalahgunaan informasi.
Namun dalam implementasinya, SKD juga harus mempertimbangkan privasi pribadi dan hak-hak privasi pengguna. Bagi Paulus, SKD yang terlalu agresif dalam memantau aktivitas digital justru bisa kontra produktif karena dapat membahayakan privasi pribadi.
"Sejumlah risiko tinggi berkaitan dengan terlalu agresifnya sistem kekebalan digital antara lain adalah pengaturan parameter keamanan yang kurang tepat, pemblokiran aplikasi atau aktivitas yang tidak tepat, pengumpulan informasi dari pengguna aplikasi tanpa izin, penggunaan sumber daya yang boros dan ketergantungan pada perangkat lain yang justru meningkatkan risiko keamanan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Diduga Terima Barang dari SYL, KPK Periksa Penyanyi Dangdut Nayunda Nabila
Advertisement
Tidak Hanya Menginap, Ini 5 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan di Garrya Bianti Yogyakarta
Advertisement
Berita Populer
- Nihil Pendaftar, Pilkada Serentak 2024 di DIY Tanpa Calon Perseorangan
- Cegah Kecelakaan, Ini Aturan Disdikpora Kota Jogja Terkait Operasional Bus Study Tour
- Dinkes DIY Imbau Calon Jemaah Haji DIY Waspadai Fenomena Heat Stroke
- Ultah Ke-73, IBI DIY Laksanakan Pekan Pelayanan, Targetkan 14.579 Akseptor Dalam 3 Minggu
- Dinkes Jogja Pastikan Tak Ada Keluhan Soal Efek Samping Astrazeneca
Advertisement
Advertisement