Advertisement

Soal Politik Dinasti, Begini Pandangan Dosen UGM

Catur Dwi Janati
Sabtu, 28 Oktober 2023 - 15:37 WIB
Maya Herawati
Soal Politik Dinasti, Begini Pandangan Dosen UGM Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, Abdul Gaffar Karim (tengah) bersama Dosen Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik UGM, Riza Noer Arfani (kiri) membahas Antisipasi Konflik Pemilu dalam acara Pojok Bulaksumur pada Jumat (27/10/2023) di UGM. - Harian Jogja // Catur Dwi Janati

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Topik dinasti politik yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Berbagai pihak punya pendapatnya sendiri menanggapi isu tersebut  Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, Abdul Gaffar Karim punya pandangannya sendiri akan topik dinasti politik yang santer diperbincangkan.

Politik dinasti kata Gaffar bila menilik pada sejarahnya terjadi dimana-mana dan ada di era kapan pun.  Contohnya apa yang terjadi di Amerika, ada John. F. Kennedy hingga George W. Bush.

Advertisement

Namun, pertanyaannya bukan terfokus pada ada tidaknya dinasti politik itu sendiri. Gaffar justru menitik beratkan bagaimana dinasti politik itu terjadi. Apakah orang yang dikaitkan dengan dinasti tersebut sampai pada kandidatisasi dengan cara-cara yang fair atau adil.

BACA JUGA: Sultan HB X Sampaikan Sapa Aruh di Depan Ribuan Lurah dan Pamong se-DIY, Ini Isi Lengkapnya

"Di Amerika ada Kennedy, ada Bush, pertanyaan kita kan bukan apakah ini ada politik dinasti atau tidak, akan tetapi seberapa kuat rekayasa di balik itu," tutur Gaffar pada Jumat (27/10/2023) dalam kegiatan Pojok Bulaksumur di UGM.

Politik dinasti lanjut Gaffar terjadi ketika pengalihan bakat, kesempatan kemudian training politik dinikmati oleh anak-anak orang yang berkecimpung di dunia politik. "Itu mau kita apakan lagi, itu bagian dari rezeki yang diberikan tuhan bagi dia," ungkapnya.

"Training langsung dalam proses politik itu tidak bisa dihindarkan. Persoalannya adalah apakah proses ketika seseorang itu sampai betul-betul ke proses kandidasi itu berjalan dengan fair atau tidak," katanya.

Gaffar menilai apa yang terjadi negara-negara demokrasi maju, perjalanannya relatif lebih fair atau tanpa ada rekayasa regulasi. Dalam situasi ini, persoalannya bukan politik dinasti sebagai dinasti itu sendiri, tetapi bagaimana politik dinasti itu dimungkinkan untuk berlangsung.

"Nah di Indonesia itu agak kurang sehat masalahnya. Terurama kita lihat gejalanya sudah ditingkat-tingkat lokal," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

3 Jenazah Pesawat Jatuh BSD Tiba di RS Polri, Posko Ante mortem dan Post Mortem Dibuka

News
| Minggu, 19 Mei 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu

Wisata
| Sabtu, 18 Mei 2024, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement