Tekno

Masyarakat Indonesia Tak Menggunakan Gadget Sebagai Sumber Utama Menonton Video

Penulis: Leo Dwi Jatmiko
Tanggal: 28 November 2019 - 11:57 WIB
Pengguna Telkomsel menyaksikan perayaan Cap Go Meh di Singkawang menggunakan aplikasi Maxstream - Telkomsel

Harianjogja.comJAKARTA – Opensignal baru saja mengeluarkan laporan mengenai pengalaman pengguna gawai dalam menonton video. Hasilnya, Indonesia menempati urutan 74. Pengalaman pengguna gawai menonton video di Indonesia lebih baik dibandingkan dengan India, Thailand dan Filipina.

Sementara itu, Irak menempati urutan terbawah, di atasnya terdapat negara Etiopia, Afghanistan dan Libya. Opensignal melibatkan 37 juta handset dan  94 miliar perhitungan untuk mengukur pengalaman pengguna. Periode penelitian dilakukan pada 1 Agustus – 30 Oktober 2019.

VP Analysis Opensignal, Ian Fog mengatakan bahwa penyebab pengguna seluler di negara dengan pasar besar, seperti Indonesia dan Filipina, tidak kunjung tumbuh pengalaman menonton videonya karena masyrakat di sana tidak menjadikan gawai sebagai satu-satunya layar hiburan.

Opensignal, mengumumkan bahwa para pengguna video di Indonesia merasakan pengalaman yang wajar atau biasa saja selama pada 2019. Kondisi tersebut tidak berubah sejak tahun lalu.

Dia mengatakan masyarakat Indonesia masih gemar menonton hiburan seperti pertandingan sepak bola, dari televisi di rumah.

“Dalam menonton  pertandingan sepak bola untuk waktu  lama, pengguna sedikit tidak nyaman ketika seseorang berada jauh dari rumah, berbeda dengan di negara-negara urutan pertama, yang menggunakan ponsel cerdas sebagai satu-satunya layar yang tersedia untuk menonton pertandingan,” kata Ian dalam laporannya, Kamis (28/11/2019).

Opensignal menyampaikan dalam mengukur rata-rata pengalaman pengguna dalam menonton  video, Opensignal memastikan terlebih dahulu bahwa pelanggan terhubung dengan di jaringan 3G dan 4G untuk setiap operator.

Kemudian, Opensignal melihat lalu lintas penggunaan video oleh pengguna. Untuk menentukan kualitas video digunakan pendekatan berbasis ITU dengan memperhitungkan kualitas gambar, waktu pemuatan video, kecepatan pemutaran, dan gangguan yang terjadi.

Hasil dari perhitungan berupa nilai 0 -100 kemudian dibagi kedalam beberapa skala  sebagai berikut : 75-100 Sempurna, 65-75 Sangat Baik, 55-65 Baik, 40-55 Wajar/lumayan, dan  0-40 Buruk. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Berita Terkait

Perempuan Diajak Berperan Melindungi Anak di Ruang-Ruang Digital
Pembeli Iphone 16 Mengantre Panjang, Ini Daftar Lengkap Harganya, Paling Mahal Rp32,99 Juta
Xiaomi Luncurkan Redmi Note 14 dan Redmi Note 14 5G, Begini Spesifikasinya
Kemenperin Klaim Industri Handphone dan Tablet Tumbuh Pesat Seusai Penerapan 35 Persen TKDN

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Panitia Video Announcer Contest SMG 2025 Tetapkan 50 Nominasi, Ini Daftarnya
  2. CIMB Niaga Sponsori VAC SMG 2025, Lomba Video Penyiar Masuk Tahap Penilaian
  3. SEMARAK SATU DASAWARSA BAPERKA Merayakan Dekade Perawatan Perkeretaapian
  4. SEMARAK SATU DASAWARSA BAPERKA Merayakan Dekade Perawatan Perkeretaapian

Berita Terbaru Lainnya

Robot dan Drone Jadi Kurir Pengantar Buah di China
Pemerintah Bikin Teknologi e-SIM Tapi Sepi Peminat
OpenAI Bakal Rilis Browser Berbasis AI, Tandingan Google Chrome
Pakai AI, Microsoft Hemat Rp8 Triliun
Monetisasi Konten AI di YouTube Bakal Batasi
Galaxy Z Fold7 Tidak Dilengkapi S Pen, Begini Penjelsan Samsung
Samsung Luncurkan Ponsel Lipat Galaxy Z Fold7 di Indonesia, Ini Daftar Harganya
Samsung Kenalkan Jam Pintar Galaxy Watch8 Series, Berikut Spesifikasinya
Cek Spesifikasi Samsung Galaxy Z Flip7 dan Flip7 FE yang Baru Dikenalkan
Z Fold 7, Ponsel Premium Baru Andalan dari Samsung