Advertisement

Meski Pandemi, Kemuning Tak Boleh Layu

Abdul Hamied Razak
Rabu, 30 Desember 2020 - 10:47 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Meski Pandemi, Kemuning Tak Boleh Layu Penggerak Kampung Berseri Astra (KBA) Kemuning Suhardi (kiri) bersama warga Kemuning saat penanaman pohon Kemuning di Telaga Kemuning, Bunder, Patuk, Gunungkidul, belum lama ini. - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Masyarakat Dusun Kemuning, Blunder, Patuk, Gunungkidul, DIY sedikit demi sedikit mulai merasakan manfaat perintisan kampung wisata. Sedikit demi sedikit kepercayaan diri warga mulai terpancar, menjadikan Kemuning sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Gunungkidul.

Sekitar 10 tahun lalu, nama Dusun Kemuning nyaris tak pernah dikenal oleh khalayak. Selain lokasinya terpencil, kondisi dusun ini termasuk tertinggal di mana kawasannya yang tandus tak terurus. Padahal Kemuning memiliki potensi alam yang tak kalah menarik dengan daerah lain. Maklum, Kemuning berada di tengah-tengah kawasan hutan milik Perhutani dan Wanagama, Patuk.

Advertisement

Melihat besarnya potensi itu, sosok Suhardi muncul. Pada 2011, Ia diberi mandat oleh warga sebagai kepala dusun (Kadus) Kemuning. Padahal waktu itu Suhardi masih merantau bekerja di daerah lain. Atas kepercayaan warga, Suhardi pun memutuskan untuk kembali dan konsentrasi membangun tanah kelahirannya. "Saya terus berusaha mencari cara agar warga Kemuning bisa sejahtera. Terangkat dari dusun tertinggal," kata Penggerak Kampung Berseri Astra (KBA) Kemuning itu kepada Harian Jogja, Selasa (29/12/2020).

Suhardi mengaku sedih jika ada warganya masih berada di garis kemiskinan. Ia memutar otak agar Kemuning tak lagi menjadi dusun tertinggal. Sesuai harapan warga. Meski bukan perkara mudah untuk mewujudkan itu, namun ia meyakini dengan modal sumber daya alam dan kekompakan warga, mimpi tersebut bisa diraih. "Anugerah alam yang diberikan Tuhan, kami rawat dan kami jaga agar dapat bermanfaat bagi warga. Saat itu, saya mengajak warga membangun sektor pariwisata karena potensinya besar tinggal mengembangkan saja," ujar Suhardi.

Ia percaya jika sektor pariwisata di Kemuning dapat digarap dengan baik maka akan dapat menyejahterakan warga. Meskipun pekerjaan utama warga Kemuning adalah petani dan peternak, namun mereka dapat dilatih dan diberdayakan untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki. "Kami memiliki Telaga Kemuning yang bisa dimanfaatkan untuk membangun wisata berkelanjutan dan tentunya berbasis masyarakat. Selain dikunjungi para pemancing, telaga itu juga sering dikunjungi wisatawan," kata suami dari Siti Romlah itu.

Dusun ini, lanjut dia, juga memiliki kelompok kesenian dan kebudayaan yang masih dilestarikan dengan baik oleh warga. Mulai Seni Gamelan dan Wayang Kulit, Kirab Budaya, Tari Pasukan Kuda Lumping hingga Seni Jathilan. "Potensi wisata alam hutan Wanagama juga menjadi celah untuk menarik wisatawan. Di sini sering dijadikan tempat berkemah. Soalnya pemandangan dan suasa alamnya masih asri," ujar ayah dari Galih Aji Pangestu dan Galuh Rakasiwi itu.

Melihat potensi sumber daya yang dimiliki Kemuning, Suhardi pun mengajukan proposal rencana pengembangan kampung wisata ke PT Astra Internasional. Gayung bersambut, pada 2016 Kemuning menjadi salah satu Kampung Berseri Astra (KBA). Sektor wisata, katanya dijadikan andalan untuk pemberdayaan ekonomi warga agar terangkat dari ketertinggalan. Iapun menggerakkan anak-anak muda dalam proyek ini.

Keterlibatan anak-anak muda Kemuning, kata Suhardi bukan tanpa alasan. Menurut Suhardi generasi muda di dusun Kemuning sudah tak mau lagi bertani. Agar masa depan mereka tetap terarah, ia dorong kaula muda untuk ikut menggerakkan sektor pariwisata. Tentu sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing. Mereka membuat paket-paket wisata untuk mendulang wisatawan. Mulai wisata kuliner, wisata edukasi, wisata alam, wisata budaya hingga wisata sejarah.

"Kami punya potensi seni dan budaya. Sejak kecil, anak-anak diasah menjunjung tinggi kebudayaannya dan mencintai kearifan lokal," kata Suhardi.

Raih Prestasi

Masyarakat di Kalurahan Bunder termasuk masyarakat tradisional. Tak sedikit dari mereka yang mempertahankan bangunan rumah berbentuk limas. Baik bangunan permanen maupun semi permanen, masih mempertahankan bentuk rumah limas. Suasana desa dipadu dengan lingkungan asri, menambah daya tarik orang yang berkunjung ke bagian tengah bumi Handayani itu.

Agar menjadi subur, maka tanah tandus dan gersang tentu membutuhkan proses pemupukan. Begitu juga saat membangun potensi wisata di Kemuning. Awalnya, kata Suhardi, banyak yang tak percaya impiannya bakal terwujud. Namun perlahan tapi pasti, warga mulai mengakui kegigihan Suhardi. "Tahun ini, kami meraih juara 1 Lomba Pokdarwis yang digelar Pemkab Gunungkidul. Bahkan KBA Kemuning meraih Juara 1 pada gelaran KBA Innovation 2020," kata Suhardi.

Prestasi tersebut, ujarnya, merupakan buah dari kekompakan yang dilestarikan oleh warga. Mereka bersatu padu untuk meraih yang terbaik demi memajukan Kemuning. Selain menggenjot beragam paket wisata Kemuning, kata Suhardi, melalui Program KBA Kemuning warga juga membangun sektor-sektor usaha produktif untuk menggerakkan perekonomian.

Mereka membangun Bank Sampah Maju Makmur dengan program sedekah sampah di mana hasil penjualan sampah dimasukkan ke Kas Posyandu sebagai dana kesehatan. Dengan pola seperti ini, kegiatan operasional Posyandu terus berjalan tanpa halangan. Warga juga menggerakkan UMKM Oase Gunungsewu dengan produk kerajinan dan olahan khas Kemuning. Mereka mengandalkan potensi pertanian seperti singkong dan pisang. Bahan baku itu mudah ditanam kemudian diproduksi sebagai panganan olahan.

"Setelah menjadi KBA, kami fokus mengerjakan keempat pilar Astra mulai Kesehatan, Lingkungan, Pendidikan dan Kewirausahaan," katanya.

Sekarang, kata Suhardi, anak-anak dusun sudah bisa mengenyam pendidikan anak usia dini (PAUD) lengkap dengan gedung PAUD nya. Kearifan lokal untuk menjaga lingkungan juga dipegang teguh warga. Selain menjaga kawasan hutan agar tetap alami, warga juga melakukan pengolahan sampah menjadi bahan pakan ikan ataupun tenak. Warga juga menggalakkan penghijauan di setiap halaman rumah dan juga lingkungan KBA Kemuning.

Kejayaan Kemuning

Saat pandemi Covid-19, kunjungan wisatawan ke Kemuning memang turun drastis. Bukan berarti warga berpangku tangan. November lalu, mereka melakukan kegiatan penghijauan dengan menanam pohon Kemuning. Penanaman pohon Kemuning di area Telaga Kemuning seakan memberi pesan agar Kemuning tak layu meskipun terhempas pandemi. "Kami menanam 150 bibit pohon Kemuning bantuan dari UGM. Kalau dilihat dari atas menggunakan drone, pohon yang ditanam bisa dibaca Kemuning," katanya.

Jadi, lanjut Suhardi, penanaman pohon itu dilakukan tidak sekadar penghijauan tetapi untuk mengembalikan dan mengangkat histori nama Kemuning itu sendiri. Merujuk pada data Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY, pohon Kemuning termasuk tanaman yang sulit ditemukan. Padahal selain berpotensi sebagai tanaman hias dan perindang, batang kemuning juga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pembuatan kerajinan produk kerajinan.

Seperti kerajinan ukiran kayu, perabot rumah tangga dan pembuatan warangka maupun pendok keris. Hal ini disebabkan karena kayu kemuning bertekstur halus, serat lurus, kuat, warna kompak, padat namun mudah dikerjakan. Seperti halnya Kemuning, Suhardi ingin kehidupannya tetap bermanfaat bagi masyatakat. Ini sesuai moto hidupnya di mana hari esok harus lebih baik dari pada hari ini. "Hidup saya lebih mementingkan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lulusan Pertanahan Disebut AHY Harus Tahu Perkembangan Teknologi

Sleman
| Kamis, 25 April 2024, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Anak Kekurangan Vitamin D, Risiko Kena Eksim Meningkat

Lifestyle
| Kamis, 25 April 2024, 10:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement