Advertisement

Komunitas Diajak Berkontribusi Bangkitkan Pariwisata Sleman

Bernadheta Dian Saraswati
Senin, 15 Agustus 2022 - 15:47 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Komunitas Diajak Berkontribusi Bangkitkan Pariwisata Sleman Para pegowes menikmati suasana alam di kolam pemandian Pancuran Tuk Bulus, Dusun Tegal Balong, Bimomartani, Ngemplak, Sleman, Sabtu (15/8/2022). - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN-Komunitas-komunitas di Sleman diajak untuk berkontribusi membangkitkan pariwisata daerah setempat. Hal ini bertujuan untuk menggerakkan sektor perekonomian warga. 

Hal tersebut seperti yang dilakukan komunitas pesepeda atau pegowes "Algojo" dari Condong Catur, Depok, Sleman belum lama ini. Pada Sabtu (13/8/2022) lalu, komunitas yang digawangi Lurah Condong Catur Reno Chandra Sangaji ini bersepeda dari Balai Desa Condong Catur menuju objek wisata Pancuran Tuk Bulus di Dusun Tegal Balong, Bimomartani, Ngemplak, Sleman. 

Advertisement

Algojo merupakan komunitas gowes yang berkegiatan setiap selapan (35 hari) sekali dan dilakukan setiap Sabtu Legi. Kepada anggotanya, Reno memberi pemahaman bahwa meski hanya bersepeda tetapi para pegowes tetap dapat melakukan aksi berbagi dengan masyarakat, minimal membantu memviralkan desa wisata yang dituju melalui media sosialnya masing-masing. 

"Kita memang selalu dan selalu gowes mencari desa wisata di Sleman, baik yang sedang viral maupun yang sedang merintis. Agar meningkatkan semangat masyarakat [di desa wisata] setempat maka kami ajak para goweser yang jumlahnya sekitar 300 orang ini untuk ke sana [desa wisata]," kata Reno kepada Harianjogja.com, Senin (15/8/2022). 

Baca juga: Berniat Konservasi, Petani Ikan di Cangkringan Ini Tebar Koi ke Sungai

Menurut Reno, objek wisata rintisan seperti Pancuran Tuk Bulus perlu digarap dengan serius karena memiliki potensi wisata yang besar. "[Pancuran Tuk Bulus] Ini kalau digarap dengan baik dan Pemda Sleman beri support, masyarakat akan bangkit. Misalnya pemda menggelar rapat di desa-desa wisata seperti ini," kata Reno. 

Untuk pengembangan, pemerintah perlu mendengarkan apa yang dibutuhkan agar ke depan pemerintah tidak salah dalam memberikan bantuan dan dukungan. "Kita [pemerintah] perlu sharing dengan desa wisata," tegas Reno. 

Lurah(Lurah Condong Catur Reno Chandra Sangaji (kanan) bersama para goweser saat berada di objek wisata Pancuran Tuk Bulus/Ist)

Menurutnya kehadiran Pancuran Tuk Bulus dapat menjadi destinasi wisata alternatif bagi wisatawan. Sebab, Sleman tidak hanya ada Kaliurang dan Candi Prambanan, tetapi banyak objek wisata tersembunyi di desa-desa yang tidak kalah menarik. "Pesan saya mari kita bersama-sama berolahraga, menyalurkan hobi, namun kita juga bisa berbagi dengan masyarakat di desa wisata supaya masyarakat luas tahu ada desa wisata alternatif yang nantinya akan membangkitkan ekonomi kerakyatan," katanya. 

"Pancuran Tuk Bulus, perlu kita buka, kita viralkan karena banyak potensi. Mulai dari mata air yang jernih, pemandian, kesenian karawitan, kesenian gedruk anak-anak, hingga pelaku UMKM sektor kuliner. Apalagi nanti yang hadir Bupati Sleman dijadwalkan ke situ, kemudian camat, lurah rapat di situ. Ini betul-betul memberi semangat untuk masyarakat setempat," lanjut Reno. 

Masyarakat Diuntungkan

Sementara itu Ketua Pengurus Pancuran Tuk Bulus Hariyanto mengaku senang atas kunjungan rombongan goweser dari Condong Catur. "Masyarakat diuntungkan karena bisa jualan," katanya.

Ia berharap kedatangan para goweser bisa mengangkat nama Tuk Bulus dan mengenalkannya kepada masyarakat luas. Sehingga Tuk Bulus bisa menjadi alternatif bagi masyarakat untuk berwisata. 

Pancuran Tuk Bulus merupakan sebuah pemandian yang bersumber dari mata air dusun setempat. Dari mata air kemudian dialirkan dengan bambu menuju ke kolam pemandian.

Ada dua kolam yang tersedia, yakni kolam dewasa dan kolam anak. Kolam anak dibangun belum lama ini atas bantuan dari SMA Van Lith Muntilan, Jawa Tengah. 

Tidak hanya pemandian, Pancuran Tuk Bulus juga menghadirkan kolam bulus atau kura-kura, satwa khas di objek wisata ini. Dinamakan "Tuk Bulus" karena dahulu banyak kura-kura yang hidup liar di tempat ini. Sementara "tuk" memiliki arti mata air. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Padat Karya di Ratusan Titik, Pemkab Sleman Siapkan Rp19 Miliar

Sleman
| Selasa, 07 Mei 2024, 16:57 WIB

Advertisement

alt

Di Suku Ini, Ada Tradisi Pengantin Wanita Harus Menangis Jelang Menikah

Lifestyle
| Selasa, 07 Mei 2024, 13:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement