Wisata

Kue Keranjang Jadi Makanan Khas Imlek, Ini Asal-Usul dan Cara Penyajiannya

Penulis: Mia Chitra Dinisari
Tanggal: 12 Februari 2021 - 10:27 WIB
Kue Keranjang

Harianjogja.com, JAKARTA - Tahun baru Imlek tiba. Pada momentum ini, ada sejumlah tradisi identik yakni barongsai dan kue keranjang untuk disajikan dan dibagikan kepada kerabat.

Kue yang mirip dengan dodol ini, memiliki tekstur yang lengket, manis dan bikin ketagihan.

Bentuknya yang khas bulat dan berwarna cokelat tentu sudah dikenal banyak orang. Tapi bagaimana dengan sejarah dan asal usulnya?

Dikutip dari Wikipedia, kue keranjang memiliki nama asli Nian Gao atau Ni-Kwe yang disebut juga kue tahunan karena hanya dibuat setahun sekali pada masa menjelang tahun baru Imlek.

Baca juga: Libur Imlek, Arus Mudik Tak Mengalami Lonjakan Signifikan

Di Jawa Timur disebut sebagai kue keranjang sebab dicetak dalam sebuah "keranjang" bolong kecil, sedangkan di beberapa daerah di Jawa Barat ada yang menyebutnya Dodol Cina untuk menunjukkan asal kue tersebut yaitu Cina, walaupun ada beberapa kalangan yang merujuk pada suku pembuatnya, yaitu orang-orang Tionghoa.

Sedangkan dalam dialek Hokkian, ti kwe berarti kue manis, yang menyebabkan orang-orang tidak sulit menebak kalau kue ini rasanya manis.

Kue keranjang ini mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru Imlek, dan puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek. Sebagai sesaji, kue ini biasanya tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15 setelah tahun baru Imlek).

Baca juga: Tahun Baru Imlek, 32 Napi Beragama Konghucu Terima Remisi

Dipercaya pada awalnya kue, ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga Hong Siang Te). Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.

Di Cina terdapat kebiasaan saat tahun baru Imlek untuk terlebih dahulu menyantap kue keranjang sebelum menyantap nasi sebagai suatu pengharapan agar dapat selalu beruntung dalam pekerjaannya sepanjang tahun.

Pada zaman dahulu banyaknya atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkuk berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkuk.

Kue yang terbuat dari beras ketan dan gula ini dapat disimpan lama, bahkan dengan dijemur dapat menjadi keras seperti batu dan awet. Sebelum menjadi keras kue tersebut dapat disajikan langsung, akan tetapi setelah keras dapat diolah terlebih dahulu dengan digoreng menggunakan tepung dan telur ayam dan disajikan hangat-hangat. Dapat pula dijadikan sebagai bubur dengan cara dikukus kemudian ditambahkan bumbu-bumbu kesukaan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Berita Terkait

Kafe di China Luncurkan Minuman Kopi Rasa Daging Babi
Semarakkan Imlek, SCH dan FOBI DIY Gelar SCH Dragon Festival
Rayakan Imlek dengan Private Concert, Crystal Lotus Hotel Hadirkan Desy Huang
Art Troupe Acrobatic from Hebei China di Pakuwon Mall Digelar hingga 25 Februari 2024

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. 360 Bonsai Dipamerkan di GOR Sragen, akan Dipilih 10 Terbaik
  2. Peringati HKB, BPBD Klaten Gelar Simulasi Penanganan Gempa di Gantiwarno
  3. Pilkada Serentak yang Benar-benar Demokratis
  4. Tuntas Klaim Kumpulkan 75.000 KTP untuk Maju Pilkada Sukoharjo Jalur Independen

Berita Terbaru Lainnya

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja
Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia
Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter
Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru
Ada Kompetisi Unik, Pramusaji Kafe di Paris Balapan Bawa Baki
Rayakan Hari Kemenangan dengan Syawalan Sekar Kedhaton Restaurant
Menikmati Wisata Hanya dari Atas Sepeda Motor
Mengunjungi Gedung Monster, Bangunan Unik Padat Penduduk di Hong Kong
Berkeliling di Segarnya Taman Tengah Kota Jogja