Wisata

Serunya Wisata Sepeda di Jogja, Singgahi Kampung Abdi Dalem hingga Sentra Batik

Penulis: Sunartono
Tanggal: 21 Februari 2021 - 15:47 WIB
Pelaku wisata bersepeda saat memilih produk UMKM Batik di Celeban, Tahunan, Umbulharjo, Kota Jogja, Sabtu (20/2/2021). - Harian Jogja/Sunartono

Harianjogja.com, JOGJA--Sekelompok anak milenial menjajal wisata bersepeda mengeliling Kota Jogja dengan menyinggahi kampung wisata hingga tempat cagar budaya dan perkampungan abdi dalem Kraton Jogja.

Mereka tidak hanya mengunjungi namun juga membeli barang dagangan produk UMKM hingga memberikan bantuan kepada pelaku wisata terdampak Covid-19. Bersepeda ini menjadi salah satu alternatif berwisata di tengah pandemi.

Kelompok dengan nama Milenial Care yang difasilitasi Jogja Bike ini memulai aktivitas bersepeda dari Hotel Phoenix langsung menuju Kampung Sosrowijayan. Tempat yang dikenal sebagai kampung internasional ini memang tampak tak seramai saat sebelum pandemi yang banyak lalu lalang turis. Namun Sabtu (20/2/2021) kemarin sudah mulai menggeliat, sejumlah kendaraan milik tamu banyak terparkir di depan penginapan.

Baca juga: 2 Tahun Bersama, Ustaz Zacky Mirza Tanggapi Dugaan Perselingkuhan Nissa & Ayub Sabyan

Rombongan lalu bergeser ke sejumlah perkampungan yang dikenal sebagai kampung abdi dalem Kraton Jogja. Antara lain Kampung Dagen yang terletak di Kelurahan Sosromenduran, Gedongetengen merupakan tempat tinggal abdi dalem Undhagi atau ahli bangunan kayu di Kraton.

Setelah puas melihat uniknya perkampungan abdi dalem Kraton ini, rombongan wisatawan pun menggenjot sepedanya menuju ke Kampung Musikanan. Di kampung ini, wisatawan sedikit terheran dengan namanya, bahkan mereka sebagian besar baru mengetahui ada Kampung Musikanan dengan segala kekhasannya.

Kampung ini cukup menarik perhatian karena termasuk tempat tinggal Abdi Dalem Musikanan. Pada masa lampau, abdi dalem Musikanan bertugas memainkan musik-musik Eropa ketika Kraton Jogja menerima kunjungan resmi kenegaraan.

Kampung Tamansari yang berada ring satu Kraton Jogja tak luput dari kunjungan kelompok milenial ini. Mereka bertemu dengan pengelola dan sempat menikmati sejumlah spot di Tamansari setelah capek menggowes. Rombongan wisatawan ini membagikan paket sembako di setiap titik kunjungannya yang diberikan kepada warga terdampak pandemi. Pada saat sebelum pandemi kampung-kampung ini banyak dikunjungi wisatawan sehingga roda perekonomian berputar. Namun hiruk pikuk itu berkurang drastis karena pandemi.

Baca juga: Hujan Deras, Dinding Talut Setinggi 15 Meter di Piyungan Longsor

Dari kawasan Kraton, rombongan menuju ke arah timur mengunjungi Sentra UMKM Batik Kampung Celeban, Tahunan, Umbulharjo yang berada di belakang TMP Kusumanegara. Pelaku wisata sepeda ini juga memborong dagangan produk UMKM. Terakhir, mereka finish di Kopi Rite yang merupakan kafe sekaligus tempat galeri UMKM Batik yang masih berada di wilayah Celeban. Wisata menyajikan sepeda untuk jalan-jalan mengunjungi kampung dan tempat wisata menjadi salah satu inovasi dalam membangkitkan pariwisata di tengah pandemi.

"Setelah kami ajak berkeliling mengunjungi kampung-kampung banyak yang baru pertama kali tahu, seperti Kampung Musikanan dan lainnya, sehingga wisatawan bisa menikmati karena ada yang khas. Selama perjalanan tidak bergerombol denga sesuai prokes," kata Komisaris Utama Jogja Bike Triyanto, Sabtu (20/2/2021).

Perkampungan Unik

Ia menilai di situasi saat ini semua elemen baik pemerintah dan swasta harus bisa memutar otak, mengingat penunjang ekonomi terbesar di Jogja adalah pariwisata. Konsep destinasi wisata harus bisa dipecah agar tidak berkerumun di kawasan Malioboro saja. Karena faktanya banyak perkampungan di Jogja yang mampu menyediakan keunikan dan layak dinikmati wisatawan.

Dengan mengunjungi kampung secara langsung harapannya terjadi transaksi dan bisa meningkatkan tren penjualan produk UMKM. Di sisi lain, melalui Kopi Rite sebagai titik akhir perjalanan pesepeda juga disediakan galeri menyajikan produk UMKM yang sebelumnya telah diseleksi.

"Harus cari cara berinovasi, prokes sudah kita wajibkan, perlu membuat inovasi, penyegaran, kalau berbahaya tempat berkerumun, kita bawa ke kampung, sekaligus bisa memiliki akses memajukan perekonomian. Tidak boleh bergerombol ya sudah sepeda berjarak, kerumunannya diatur, 5-10 orang per kelompok baru jalan," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Dataran Tinggi Dieng Diajukan sebagai Geopark Nasional
Jumlah Wisatawan Turun 30 Ribu, Pantai Glagah Kulonprogo Sumbang Kunjungan Tertinggi
Viral Mobil Terjebak di Kali Kuning Lereng Merapi karena Sopir Nekat, Begini Nasibnya
Kemenhub: Kepatuhan Menerbangkan Balon Udara Mulai Meningkat

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Kecelakaan di Jalan Solo-Jogja Delanggu Klaten, Pemotor asal Magetan Meninggal
  2. Prediksi Susunan Pemain Persik Kediri Vs PSS, Misi Sleman Hindari Degradasi
  3. Apa Itu Micro Cheating? Ini Penjelasannya
  4. Pertemuan Kontra Hwang Sun-hong Sering Kalah, Saatnya STY Cetak Sejarah Lagi!

Berita Terbaru Lainnya

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja
Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia
Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter
Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru
Ada Kompetisi Unik, Pramusaji Kafe di Paris Balapan Bawa Baki
Rayakan Hari Kemenangan dengan Syawalan Sekar Kedhaton Restaurant
Menikmati Wisata Hanya dari Atas Sepeda Motor
Mengunjungi Gedung Monster, Bangunan Unik Padat Penduduk di Hong Kong
Berkeliling di Segarnya Taman Tengah Kota Jogja
Menyeruput Manis dan Segarnya Es Buah Legendaris di Jogja