Ekbis

Lewat Macrame, Perempuan asal Pundong Ini Sukses Mendulang Untung

Penulis: Lajeng Padmaratri
Tanggal: 18 Januari 2022 - 19:17 WIB
Hiasan berupa dreamcatcher karya Vivi Macrame. - Instagram @vivi_macrame_jogja

Harianjogja.com, JOGJA--Berawal dari ketertarikan terhadap tas anyaman, Baeq Amiliya Novianti memulai bisnis kerajinan makrame. Meski hanya belajar secara otodidak, kini karyanya sudah dikenal luas oleh publik, bahkan diekspor ke sejumlah negara di Asia.

Beberapa tahun terakhir, kerajinan makrame atau anyaman tali meningkat di beberapa daerah di Indonesia seiring dengan populernya tren bohemian style. Tak heran, beberapa perempuan menggeluti kerajinan ini sebagai bisnis, salah satunya yang dilakukan Vivi melalui Vivi Macrame.

Warga Pundong, Bantul ini mulai menggeluti makrame sejak 2017. Mulanya, dia tertarik terhadap tas yang dianyam dari tali. Pola anyaman pada tas itu mengingatkannya pada materi simpul tali saat kegiatan pramuka di sekolah.

Memori itu membuatnya percaya diri. Dia merasa bisa membuat tas anyaman dari tali dengan bentuk serupa. Akhirnya, Vivi mulai belajar menganyam tali dengan menonton tutorial di Youtube. Setelah dicoba, dia pun merasa mampu membuat makrame berupa tas anyaman.

"Awalnya dari tas. Tapi makin ke sini, tren makrame itu untuk home decor. Apalagi selama pandemi ini, wah rasanya trennya makin populer," ujar Vivi kepada Harianjogja.com, belum lama ini.

Sekilas, hasil karya makrame kerap disamakan dengan produk rajutan. Vivi pun menampik hal ini, sebab menurutnya kedua kerajinan itu memiliki teknik pembuatan yang berbeda.

"Hal yang membedakan itu ada pada tekniknya. Kalau rajut, itu pakai hakpen. Sementara kalau makrame, talinya dianyam menggunakan tangan langsung. Saya sendiri enggak bisa merajut, tapi kalau menganyam dengan tangan bisa," ujarnya.

Di sela-sela kegiatannya sebagai ibu rumah tangga, Vivi getol mempelajari teknik menganyam tali untuk membuat makrame. Setelah banyak menonton tutorial di Youtube dan mempraktikannya, Vivi pun mulai memasarkan makrame hasil karyanya.

Dari yang awalnya hanya memasarkan di Whatsapp, lama-kelamaan dia membuat akun Instagram @vivi_macrame_jogja untuk memperluas pasarnya. Selain itu, kini Vivi juga memanfaatkan platform lokapasar daring untuk mengikuti tren pasar.

Beragam karya macrame kini digeluti oleh Vivi. Mulai dari tas, pajangan dinding, sarung bantal, taplak, gantungan pot, hingga ayunan. Di samping itu, ia pun memproduksi macrame berukuran kecil seperti gantungan kunci dan gantungan tas.

Prapesan

Menurut Vivi, makrame bisa dibuat dari tali apa saja. Namun, lantaran produk yang tengah menjadi unggulan di tokonya saat ini merupakan produk taplak, sarung bantal, hingga ayunan, maka tali katun menjadi pilihan. Bahan yang ia peroleh berasal dari perajin tali asal Klaten.

Pemilihan jenis tali dan warnanya ini menurut Vivi akan memengaruhi seberapa artistik macrame yang ia bikin. Jika untuk home decor dia mengutamakan penggunaan tali katun, berbeda halnya dalam produksi tas anyaman yang menggunakan tali kur.

Produk yang ia jual pun menyesuaikan tingkat kerumitan desain dan ukuran yang dikehendaki. Jika produk yang dipesan seperti gantungan tas, harganya mulai dari Rp9.000. Pernah suatu kali, kata Vivi, dia pernah mendapatkan pesanan ayunan dari makrame yang kemudian ia jual dengan harga Rp1 juta. Sementara setiap bulan, dia bisa meraup untung rata-rata Rp2 juta.

Kini, dengan dibantu tim produksi yang berjumlah 10 orang, Vivi mampu mengerjakan pesanan makrame berbagai jenis dan ukuran yang telah dipesan pelanggannya. Menurutnya, pelanggannya didominasi reseller yang membeli produknya untuk dipasarkan kembali.

"Kebanyakan memang reseller. Ambil beberapa pieces, lalu dijual lagi. Pelanggan itu ada yang dari Jogja, Depok, Aceh, bahkan Makassar. Sistemnya prapesan," kata dia.

Selain reseller, banyak juga konsumennya yang memang menggemari produk makrame. Tak hanya dari dalam negeri, peminatnya pun sudah meluas hingga luar negeri.

"Beberapa kali ada yang pesan lewat lokapasar itu, dari Singapura dan Malaysia," ujar Vivi.

Untuk mengembangkan bisnis kerajinan makramenya, Vivi kini sedang menyiapkan ruang pamer di Pundong agar pelanggan yang berminat bisa datang melihat produknya lalu melakukan transaksi. Oleh karena itu, dia pun akan meningkatkan kapasitas produksi dengan menyediakan produk ready stock.

"Sembari mengembangkan showroom, kami sudah memulai produk ready stock. Saat ini produknya ada di Dekranasda [Dewan Kerajinan Nasional Daerah] Bantul," kata Vivi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Pemkot Jogja Dampingi Pengusaha Muda, Inkonsistensi Menjadi Kendala
Demi Kejar Omzet Usaha Saat Lebaran, Warga Pesisir Gunungkidul Ramai-Ramai Gadaikan Perhiasan
SDI Tingkatkan Kualias Santri di Industri Digital Kreatif
Warga Sewon Utara Dilatih Mengolah hingga Memasarkan Hasil UMKM

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Pemakaian Kantong Plastik Sekali Pakai di Pasar Tradisional Solo Masih Tinggi
  2. Tak Bisa Usung Calon Sendiri, Golkar Incar Kursi Wakil Wali Kota Semarang
  3. Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global
  4. Gibran Bagikan 1.100 Sepatu Aerostreet ke Siswa Kurang Mampu di Solo

Berita Terbaru Lainnya

Biaya Pembangunan IKN Mencapai Rp72,1 Triliun dari APBN
Per Maret 2024, APBN Surplus Rp8,1 Triliun
Hari Ini Harga Telur Ayam Terpantau Naik hingga Rp31 Ribu per Kilogram
Meraup Berkah dari Rumput Laut dan Tulang Ikan
Marvera Gunungkidul, Korban Penipuan Jadi Sumber Penghidupan
IHSG Ditutup Melemah, Ini Tanggapan BEI DIY
BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
Kenaikan BI Rate 25 Basis Poin, Respon Kadin DIY: Keputusan Moderat
Harga Bawang Merah Naik 100 Persen, Ini Penyebabnya
Transaksi Rupiah di Lintas Negara Naik 100 Persen