Advertisement

Keren! 4 Mahasiswa UGM Gagas Pemanfaatan Kulit Mangga untuk Tekan Kasus DBD

Newswire
Minggu, 21 Januari 2024 - 22:17 WIB
Arief Junianto
Keren! 4 Mahasiswa UGM Gagas Pemanfaatan Kulit Mangga untuk Tekan Kasus DBD Nyamuk / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Empat mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menggagas pemanfaatan kulit mangga untuk membuat larvasida alami guna menekan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Dalam kulit mangga terdapat senyawa flavonoid, saponin, serta tanin yang berpotensi digunakan sebagai larvasida," kata salah satu mahasiswa FK-KMK UGM, Santi Andriyani dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (21/1/2024).

Advertisement

Menurut dia, kajian pustaka dari penelitian terdahulu menemukan adanya senyawa aktif dalam kulit mangga yang potensial dikembangkan sebagai zat yang dapat digunakan untuk membunuh larva nyamuk.

Santi bersama tiga rekannya di FK-KMK UGM, Salman Hafiz Ar-ramli Lubis, Nisa Munawwarah, dan Jessica Edelyne yang tergabung dalam Tim Mango Skin for Organic Sustainable Aedes Insect Control (MOSAIC) kemudian menggagas formula itu.

Santi menjelaskan flavonoid mampu mengganggu sistem saraf dan pernapasan larva, sedangkan saponin bisa menjadi racun lambung kuat pada serangga, dan tanin mampu menghambat enzim pencernaan.

Gagasan penggunaan limbah kulit mangga sebagai larvasida alam, kata Santi, tidak hanya menjadi alternatif dalam membantu pencegahan kasus DBD saja, tetapi juga berkontribusi mengurai persoalan lingkungan dengan mengolah limbah yang sebelumnya tidak dimanfaatkan dan hanya menjadi sampah bagi lingkungan.

Dia mencontohkan di Thailand pada 2020 total produksi mangga mencapai 1,66 juta ton sehingga ada potensi besar limbah sampah kulit mangga di negara tersebut. "Hal ini membuat kami berpikir bahwa limbah olahan yang berasal dari kulit mangga di Thailand memiliki potensi besar untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi negaranya. Karena Thailand sendiri merupakan salah satu produsen mangga terbesar di dunia," katanya. 

Mahasiswa FK-KMK UGM lainnya, Salman Hafiz menambahkan ide pengembangan larvasida alami berangkat dari keprihatinan mereka terhadap laporan WHO mengenai lonjakan tajam kasus DBD secara global.

Lonjakan wabah DBD ditandai dengan peningkatan signifikan dalam jumlah, skala, dan peningkatan kasus. "Bahkan WHO menyatakan terjadinya lonjakan wabah pada saat ini diikuti dengan penyebaran ke wilayah yang sebelumnya belum terpapar DBD," ujarnya. 

Data WHO 2023 mencatat meski hampir 80% atau sekitar 4,1 juta kasus penyebaran wabah DBD dilaporkan terjadi di wilayah Amerika. Namun, di Asia Tenggara, terutama di Thailand, prevalensi kejadian DBD pada 2023 meningkat tajam menjadi lebih dari 300% dibanding tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Sepanjang 2023 Hanya Ada 71 Kasus DBD, Turun karena Wolbachia

Gagasan yang diusung empat mahasiswa muda dalam Tim MOSAIC itu berhasil mengantarkan mereka sebagai finalis dalam kompetisi Internasional Bio-Circular-Green economy (BCG) yang diselenggarakan oleh Kasetsart University, Thailand.

Peneliti Pusat Kedokteran Herbal UGM sekaligus pembimbing Tim MOSAIC, Dr Jatmiko Wicaksono, mengatakan dengan keikutsertaan mahasiswa UGM dalam kompetisi maupun forum internasional bisa memberikan pengalaman bagi mereka. "Gagasan yang diajukan juga dapat memberikan kontribusi dalam penyelesaian persoalan di tingkat global," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Gunung Ibu Pulau Halmahera Meletus, Abu Vulkanik Setinggi 3,5 Kilometer

News
| Minggu, 28 April 2024, 00:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement