News

Bank Dunia Catat Kebakaran Hutan Indonesia Sebabkan Kerugian US$5,2 Miliar

Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Tanggal: 11 Desember 2019 - 15:17 WIB
Tim gabungan sedang memadamkan kebakaran hutan di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat. - Antara

Harianjogja.com, JAKARTA – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia tahun 2019 menyita perhatian publik. Dalam sebuah laporannya, Bank Dunia menyebutkan total kerusakan dan kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan di Indonesia tahun ini mencapai lebih dari US$5,2 miliar, setara dengan 0,5 persen produk domestik bruto (PDB) negara.

Perkiraan yang dirilis Rabu (11/12/20190) ini didasarkan pada penilaian di delapan provinsi yang terkena dampak dari Juni hingga Oktober 2019, meskipun analis di Bank Dunia mengatakan kebakaran terus berlanjut hingga November.

"Kebakaran hutan dan lahan, serta kabut asap yang ditimbulkannya, menyebabkan dampak ekonomi negatif yang signifikan, kerusakan langsung diperkirakan mencapai US$157 juta dan kerugian dari kegiatan ekonomi yang terpengaruh diperkirakan mencapai US$5,0 miliar," tulis Bank Dunia dalam laporan tersebut, seperti dikutip Reuters.

Lebih dari 900.000 orang melaporkan penyakit pernapasan, 12 bandara nasional menghentikan operasi, dan ratusan sekolah di Indonesia, Malaysia, dan Singapura harus ditutup sementara karena kebakaran hutan.

Asap yang membumbung tinggi pada puncak musim kemarau pada bulan September juga memicu konflik diplomatik antara Indonesia dengan Malaysia.

Lebih dari 942.000 hektar hutan dan lahan terbakar tahun ini, terbesar sejak kebakaran hebat pada 2015, menurut angka resmi. Para pejabat mengatakan lonjakan itu disebabkan pola cuaca El Nino yang memperpanjang musim kemarau.

Bank Dunia juga memperkirakan kebakaran hutan berkontribusi sebesar 0,09 dan 0,05 poin persentase terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 dan 2020. Perkirakaan pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 5 persen untuk 2019 dan 5,1 persen di tahun 2020.

“Kebakaran itu disengaja dan telah menjadi masalah kronis setiap tahun sejak 1997 karena api dianggap sebagai metode termurah untuk menyiapkan lahan untuk ditanami,” ungkap Bank Dunia.

Karena sekitar 44 persen dari area yang terbakar pada tahun 2019 berada di lahan gambut, emisi karbon dari kebakaran Indonesia diperkirakan hampir dua kali lipat dari emisi akibat kebakaran di Amazon, Brasil, tahun ini.

Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa memperkirakan total 720 megaton emisi CO2 berasal dari kebakaran hutan Indonesia pada Januari-November tahun ini.

Bank Dunia mengatakan efek jangka panjang dari kebakaran berulang tidak termasuk dalam perkiraan ini. Paparan asap berulang-ulang akan mengurangi kualitas kesehatan dan pendidikan serta merusak citra global minyak kelapa sawit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Berita Terkait

84 Titik Panas Terdeteksi di Kalimantan Timur
Area Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau Terus Meluas
Kebakaran Lalap Kawasan Hutan Nasional di Thailand
BMKG Deteksi 102 Titik Panas di Kalimantan Timur

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Boyolali Kembali Diguyur Hujan Sore Ini, Simak Prakiraan Cuaca Sabtu 27 April
  2. Prakiraan Cuaca Klaten Sabtu 27 April: Pagi Cerah Berawan, Sore Hujan
  3. Bersahabat! Tidak Ada Hujan di Wonogiri pada Prakiraan Cuaca Sabtu 27 April
  4. Garuda Selangkah Lagi Menuju Paris, Ini Fakta tentang Olimpiade Melbourne 1956

Berita Terbaru Lainnya

1.119 WNI Berhasil Dipulangkan ke Tanah Air dari Zona Konflik hingga Bencana Alam
KPK Tetapkan 2 Tersangka baru Korupdi Proyek Fiktif PT Amarta Karya
Jadi Markas Pungli Pegawai KPK, 2 Rutan Ditutup
Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0
Tak Terima Ditegur, Dua WNA Amerika Ini Diduga Aniaya Pecalang di Bali
Baru Syuting Reality Show, 31 Artis dan Kru Asal Korsel Ini Justru Diperiksa Imigrasi Bali
Siap-Siap! Penerapan SLFF di Tol Sebelum Oktober 2024
Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini
Mobil Mewah Harvey Moeis Disita Kejagung, Kali Ini Ferrari dan Mercy
KASD Sebut Penggantian Istilah dari KKB ke OPM Ada Dampaknya