News

Operator Seluler Enggan Hadir di Daerah Tertinggal, Ini Alasannya

Penulis: Leo Dwi Jatmiko
Tanggal: 09 Oktober 2021 - 02:27 WIB
Masyarakat di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat harus menempuh dua jam perjalanan laut untuk membeli pulsa. - Bisnis/Leo Dwi Jatmiko

Harianjogja.com, JAKARTA — Operator seluler lazimnya tidak tertarik hadir di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Pasalnya pendapatan yang diperoleh tidak sebanding dengan investasi dan biaya operasional. 

Direktur Utama Bakti Anang Latif mengatakan, operator bersedia hadir di pedesaan/perkampungan jika pendapatan yang diterima  dalam satu bulan minimal mencapai Rp75 juta.

Bakti, lanjut Anang, telah membangun 1.600 titik di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) dan hanya mendapat pendapatan senilai Rp15 juta per bulan. "Jadi ibarat warung nasi sudah pasti bangkrut, " kata Anang di Manokwari, Rabu (7/10/2021).

BACA JUGA : Tracing Covid-19 Diusulkan Libatkan Operator Seluler

Anang mengatakan Kemenkominfo terus berupaya meyakinkan pentingnya infrastruktur telekomunikasi kepada Kementerian Keuangan, sehingga pendapatan yang kecil tersebut tetap dapat membuat BTS-BTS yang ada, tetap beroperasi.

Alhasil, pada tahun ini untuk pertama kalinya uang negara hadir, melalui APBN, dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi.

Dia mengatakan jika hanya mengandalkan dana yang dihimpun dari operator seluler, tidak cukup untuk menutup daerah tak bersinyal (blank spot) dengan jaringan 4G.

"Ketika infrastruktur sudah selesai tantangan selanjutnya adalah bagaimana memanfaatkan internet itu untuk pembangunan SDM dan ekonomi, " kata Anang.

Adapun Nikolas Sibena, Sekretaris Distrik Rumberpon di  Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat mengatakan bahwa masyarakat di wilayahnya kebanyakan membeli pulsa secara eceran. Mereka mengeluarkan Rp10.000 untuk 1 minggu. "“Pendapatan dari mata pencarian kurang, kadang bisa [beli pulsa] kadang tidak,” katanya.

BACA JUGA : Penentuan 5G di Tangan Pemerintah, Operator Seluler

Selain itu, masyarakat juga kesulitan mendapatkan akses pulsa. Kepala Distrik Rumberpon Pius CB Kayukatui mengatakan untuk membeli pulsa, warga harus menyebrang ke kota dengan melalui dua jam perjalanan laut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Berita Terkait

Masuk Indonesia, Ini Hasil Uji Kecepatan Starlink Vs Internet Lokal
Ramadan dan Lebaran, Telkomsel Prediksikan Kenaikan Traffic 15%
Smartfren Perkuat Jaringan dan Berikan Promo Kuota Besar Menyambut Ramadan dan Idulfitri 1445 H
Dukung Pendidikan Digital Pesantren XL Axiata Salurkan Bantuan Router dan Kuota Data di DIY dan Jawa Tengah

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Sinopsis Glenn Fredly: The Movie, Perjalanan Hidup Sang Musisi Legendaris
  2. Aksi The Crazy Dunkers Meriahkan IBL All Star 2024
  3. Pemkab Sragen Usulkan Lowongan 558 CPNS dan PPPK 2024
  4. Adi Soemarmo Tak Lagi Bandara Internasional, Penerbangan Haji Tidak Berubah

Berita Terbaru Lainnya

Raja Charles III Kembali Jalani Tugas Setelah Pengobatan Kanker
Predksi BMKG: Seluruh Wilayah Indonesia Hujan Lebat Hari Ini
Polisi Meninggal Dunia dengan Luka Tembak, Jenazah Korban Ditemukan di Mobil
Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru Kasus Korupsi Timah, Bos Maskapai Penerbangan Terlibat
Pembangunan Jalan Sumbu Kebangsaan IKN Capai 80 Persen
Pemerintah Terbitkan Aturan Turunan Terkait Tindak Pidana Kekerasan Seksual
Pembangunan Rusun ASN di IKN Capai 40 Persen
1.119 WNI Berhasil Dipulangkan ke Tanah Air dari Zona Konflik hingga Bencana Alam
KPK Tetapkan 2 Tersangka baru Korupdi Proyek Fiktif PT Amarta Karya
Jadi Markas Pungli Pegawai KPK, 2 Rutan Ditutup