Opini

OPINI: Siapkah Kita di Era Marketing 5.0?

Penulis: Nadia Nila Sari, Dosen Departemen Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Tanggal: 27 Januari 2022 - 06:07 WIB
Nadia Nila Sari, Dosen Departemen Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Di-launching pada bulan Januari dan Febuari 2021 Marketing 5.0: Technology for Humanity, karya master pemasaran dunia Hermawan Kartajaya, Iwan Setiawan dan Philip Kotler, hadir sebagai trilogy series buku marketing sebelumnya.

Dalam buku ini mereka membahas mengenai bagaimana peran teknologi menanggapi perubahan yang terjadi yang semakin memisahkan konsumen dan manusia ke dalam beberapa hal misalnya persepsi, pola pikir dan sikap terhadap berbagai hal. Buku ini memberikan wawasan mengenai bagaimana teknologi membangun jembatan munculnya pekerjaan baru di tengah kemungkinan tergantinya peran manusia dengan mesin. Teknologi dan manusia bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan perusahaan terutama pemasaran. Buku dengan menurut Soundview's merupakan Buku Bisnis Terbaik 2021 membagi pengetahuan yang imaginery mengenai peran teknologi dalam mendukung pemasaran.

Tantangan

Marketing 5.0 merinci berbagai tantangan muncul di masa depan dalam pemasaran, antara lain dengan munculnya sikap dan perilaku yang berbeda antar generasi yang membutuhkan treatment khusus dari pemasar. Generasi Alpha dan sebagian generasi Z adalah generasi dengan keinginan yang besar untuk merasakan keterikatan merek yang mereka, sedangkan bagi sebagian generasi Z lain dan generasi Y membutuhkan lebih banyak pengamalan merek.

Hal ini berbeda dengan Generasi X dan Generasi Baby Boomer yang cenderung bergantung pada merek yang memiliki reputasi bagus di pasaran. Perbedaan masing-masing generasi telah menciptakan gap yang harus mampu di pahami oleh pemasar. Selain dalam hal generasi, perbedaan kentara dalam masyarakat telah membentuk konsumen dalam kelompok profesi, ideologi, gaya hidup dan segmen pasar yang beragam. Isu inklusifitas dan keberlanjutan menjadi sangat penting bagi masyarakat abad 20 yang dominan disuarakan oleh Generasi Y dan Generasi Z. Terjadinya perbedaan ini disebut oleh Hermawan dan kawan-kawan sebagai polarisasi. Bagi pemasar isu ini dapat direalisasikan dalam menciptakan produk dan pemanfaatan content marketing yang relate dengan kebutuhan konsumen.

Munculnya kemajuan teknologi menjadi tantangan lain pula yang tersaji dengan segala keuntungan dan kerugiannya. Teknologi dianggap dapat membawa manfaat untuk membangun komunikasi, menciptakan pengalaman bagi konsumen terutama dalam pemanfaatannya di masa pandemi dan dalam merumuskan keinginan individu dari konsumen. Sebaliknya ada kekhawatiran yang muncul dengan hadirnya teknologi misalnya hilangnya pekerjaan, masalah keamanan dan privasi, diseminasi berita hoaks dan masalah mental perilaku akibat penggunaan teknologi yang berlebihan. Bagi pemasaran teknologi telah membantu banyak untuk banyak bisnis bertahan di masa pandemi melalui aplikasi, sosial media dan e-marketplace.

Taktik Teknologi Pemasaran

Ada beberapa taktik yang ditawarkan oleh Hermawan dan kawan-kawan dalam buku Marketing 5.0. Taktik pertama, adalah data -driven marketing. Melimpahnya data yang terjadi saat ini , menghasilkan penggalian data konsumen yang maksimal, teknologi telah memampukan pemasar untuk mengumpulkan data dibandingkan era sebelumnya. Lebih mudah bagi perusahaan saat ini untuk membangun segmentasi dan consumer persona yang berguna untuk memahami konsumen lebih detail. Kedua, adalah predictive marketing, dengan hadirnya data yang melimpah, perusahaan bisa memanfaatkan untuk melakukan prediksi kesuksesan launching produk, kampanye pemasaran, content pemasaran dan membangun loyalitas konsumen. Ketiga, Contextual Marketing, teknologi 5.0 tiba dengan kemampuan teknologi yang lebih personalize dan customize. Pemanfaatan biometric melalui aplikasi memudahkan konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang lebih personal dan khusus. Misalnya kemudahan login aplikasi yang juga menghindari masalah keamanan data.

Keempat, augmented marketing menawarkan kolaborasi antara teknologi dengan manusia yang mengatasi permasalahan beban pekerjaan yang berat yang dihadapi oleh customer service dan karyawan  frontliner. Hal ini sejalan dengan artikel yang ditulis oleh Jennifer Kite-Powell (2018) dalam The Forbes bahwa mesin selalu membutuhkan manusia, dan manusia tidak akan tergantikan dengan mesin. Kelima, agile marketing, ketidakpastian bisnis membuat perusahaan fleksibel dan siap dengan perubahan yang ada. Bagi perusahaan dibutuhkan tim khusus untuk melakukan tugas intelligence atas perubahan yang terjadi melalui real-time analytics, proses yang berkelanjutan, riset dan percobaan untuk menciptakan iklim inovasi di dalam perusahaan. Salah satu hal yang membuat perusahaan tetap agile adalah dengan mempersiapkan teknologi pembayaran yang lebih mudah bagi konsumen seperti e-money melaui Gopay, OVO, iSaku, Dana dan lain-lain.

Kesiapan UMKM Indonesia

Pertanyaanya apakah Indonesia siap dengan penerapan teknologi yang mendukung pemasaran diatas? Bagi perusahaan dengan funding yang establish pada teknologi tersebut bukanlah tantangan besar selama adanya keterbukaan manajemen akan teknologi untuk menarik pasar. Penggunaan teknologi Artificial Intellegence, Big Data, Cloud computing, RFID, algorithm dan merekrut konsultan IT besar dengan biaya mahal bukan masalah. Namun bagaimana dengan UMKM Indonesia yang adalah kontributor GDP terbesar di Indonesia?

Menurut Kominfo dalam Siaran Pers No. 390/HM/KOMINFO/11/2021 berdasarkan data dari World Bank tahun 2021, layanan fixed broadband melalui fiber-to-the-home di Indonesia saat ini baru menyentuh sebesar 4% dari total populasi, namun Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mendorong penyelenggaraan jaringan Internet broadband lebih meluas. Hal ini menjadi PR bagi Indonesia agar dapat mendukung UMKM dalam mengembangkan aktivitas pemasaran mereka melalui teknologi. UMKM yang belum memiliki banyak konsumen dan masih start up banyak yang terkendala dalam penerapan teknologi yang maksimal, namun pemanfaatan media sosial dan e-marketplace dapat membantu mereka untuk berkembang. Beberapa perusahaan platform menargat perusahaan menengah dengan funding terbatas dapat dicoba untuk menerapkan platform untuk kebutuhan bisnis, pemasaran, penjualan logistik dan retargeting.

Selain itu pemerintah dapat mendukung UMKM melalui program pelatihan intensif untuk perkenalkan AI atau penggunaan big data untuk mendukung UMKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

OPINI: Faktor Motivasi dan Turunnya Angka Pernikahan di Indonesia
OPINI: Kartini Membangun untuk Indonesia Gemilang
OPINI: Buku untuk Masa Depan
OPINI: Peran Upah dalam Dinamika Pengangguran di Indonesia

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. 360 Bonsai Dipamerkan di GOR Sragen, akan Dipilih 10 Terbaik
  2. Peringati HKB, BPBD Klaten Gelar Simulasi Penanganan Gempa di Gantiwarno
  3. Pilkada Serentak yang Benar-benar Demokratis
  4. Tuntas Klaim Kumpulkan 75.000 KTP untuk Maju Pilkada Sukoharjo Jalur Independen

Berita Terbaru Lainnya

OPINI: Faktor Motivasi dan Turunnya Angka Pernikahan di Indonesia
OPINI: Kartini Membangun untuk Indonesia Gemilang
OPINI: Buku untuk Masa Depan

OPINI: Buku untuk Masa Depan

Opini | 3 days ago
OPINI: Peran Upah dalam Dinamika Pengangguran di Indonesia
OPINI: Dari QRISnomics Menuju Yogya QRIStimewa
OPINI: Mudik 2024 dan Refleksi Masalah Kependudukan DIY
OPINI: Harmonisasi Organisasi, Belajar dari Kisah Munki & Trunk
OPINI: Mengatur Keuangan di Masa Lebaran
OPINI: Catatan Pendek Warisan Dunia Sumbu Filosofi Yogyakarta
Menghadapi Pertanyaan Stigmatif Saat Lebaran