Jogjapolitan

Masuki Siklus 6 Tahunan, Kasus DBD Kulonprogo Diprediksi Melonjak

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Tanggal: 19 Januari 2022 - 08:07 WIB
Ilustrasi nyamuk penyebab demam berdarah. - Pixabay

Harianjogja.com, KULONPROGO—Kasus demam berdarah dengue (DBD) Kulonprogo pada 2022 diprediksi melonjak tajam. Sebab, tahun 2022 masuk dalam siklus enam tahunan DBD.

“Jadi, tiap enam tahun sekali ada peningkatan kasus DBD. Tahun ini masuk dalam siklus enam tahunan. Oleh karena itu, kami harus bersiap," kata Rina, Selasa (18/1/2022).

BACA JUGA: Petani Gunungkidul Meninggal Dunia Setelah Terinfeksi Leptospirosis

Berdasarkan catatan dari Dinas Kesehatan Kulonprogo,  pada 2010 DBD di Kulonprogo mencapai angka tertinggi dengan 472 kasus. Kemudian, pada  2016 kasus DBD di Kulonprogo mencapai angka 381.

"Tahun ini dipresentasikan ada lonjakan kasus karena tren kasus siklus enam tahunan," ucap Rina.

Kasus DBD memang masih menjadi momok bagi masyarakat maupun Dinas Kesehatan Kulonprogo. Penanganan Covid-19 yang belum rampung membuat perhatian masyarakat maupun tenaga kesehatan harus luas.

"Berdasarkan catatan kami, kasus DBD mengalami kenaikan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada 2019, kasus DBD mencapai 194 dengan angka kematian nihil. Tahun 2020, kasus DBD mencapai 316 dengan angka kematian sebanyak tiga. Tahun 2021, kasus DBD mencapai 213 dengan angka kematian sebanyak enam orang," ujar Rina.

Tidak hanya DBD, kasus leptospirosis juga harus diantisipasi warga, meski angkanya tidak sebanyak kasus DBD. Berdasarkan catatan Dinkes Kulonprogo, tahun 2019 kasus leptospirosis di Kulonprogo mencapai 29 dengan angka kematian sebanyak dua orang.

"Sedangkan, pada tahun 2020 kasus leptospirosis mencapai 34 dengan angka kematian sebanyak tujuh orang. Sementara itu, pada 2021 kasus DBD mencapai 11 dengan angka kematian sebanyak tiga orang," sambung Rina.

BACA JUGA: Tentang Leptospirosis, Penyebab Petani Gunungkidul Meninggal

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kulonprogo, Eko Damayanti, mengatakan upaya diagnosis kasus DBD menjadi salah satu upaya penetrasi yang dilakukan oleh jawatannya untuk menekan kasus DBD hingga mengakibatkan nyawa seseorang melayang.

Sebagai upaya antisipasi terjadinya penyebaran kasus DBD, Eko mengimbau agar masyarakat selalu berupaya memberantas sarang nyamuk secara periodik. "Gejala DBD ini kan demam. Jadi sama seperti Covid-19. Kami minta masyarakat untuk waspada," tegas Eko.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Baru pekan ke-14 pada 2024, Sudah Ada 455 Kematian Karena DBD
Warning! 14 Orang Meninggal Dunia karena DBD di Klaten
Duh, RSUD Purwakarta Dipenuhi Pasien DBD, Lima Pasien Meninggal Dunia
Banyak Kasus DBD, Permintaan Trombosit di PMI Surakarta Meningkat

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Firli Bahuri Tak Kunjung Ditahan, Ini Pernyataan Polda Metro Jaya
  2. 5 Jenis Cicilan dan Pinjaman Positif yang Wajib Kalian Tahu
  3. Soal Koalisi, Gibran Tunggu Arahan Prabowo
  4. MUI: Program Makan Siang Gratis Terobosan Menuju Indonesia Emas 2045

Berita Terbaru Lainnya

Perkuat Empat Pilar Kalurahan Untuk Kembangkan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pemilu Usai, Gus Endar Serukan Persatuan dan Kerukunan
Produksi Padi Sleman Awal Tahun Ini Menurun, Palawija Relatif Stabil
Cegah Mafia Tanah, Kantor Pertanahan Jogja Dorong Masyarakat Punya Sertifikat Tanah Elektronik
Pendaftaran Bacalon Ditutup Kemarin, 4 Orang Ambil Formulir di DPC PDIP Bantul
Pj Walikota Jogja Singgih Raharjo Maju Pilkada, Begini Respons Pemda DIY
Alasan Gerindra Bantul Belum Buka Pendaftaran Penjaringan Pilkada
Muncul Wacana Pilihan Lurah di Gunungkidul Tahun Depan Digelar Dua Kali
DPD PAN Gunungkidul Sebut Partainya Solid, Tepis Isu Penolakan
Pegagan Berpotensi Memperbaiki Daya Ingat, Guru Besar UGM: Meningkatkan Dopamin